Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, ketinggian ketinggian kolom abu letusan itu mencapai lebih kurang 1.000 meter di atas puncak Gunung Gamalama.
Sementara jangkauan material letusan berada di dalam radius 1 kilometer (km) dari puncak Gunung Gamalama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, kata Devy, aktivitas embusan asap berwarna kelabu masih terus terjadi dengan ketinggian kolom berkisar 300 - 700 meter di atas puncak. Gunung Gamalama saat ini berstatus Waspada (Level II).
Status itu ditetapkan sejak 10 Maret 2015. Terkait dengan status itu, PVMBG merekomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat di dalam radius 1,5 km.
PVMBG belum menaikkan status Gamalama menjadi Siaga (Level III) karena ancaman bahaya letusan hingga saat ini masih di dalam radius 1,5 km. PVMBG terus mengevaluasi aktivitas Gamalama baik secara langsung di lapangan dan Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Gamalama maupun secara remote dari Bandung.
"Jika terjadi perubahan aktivitas, PVMBG akan mengkomunikasikannya dengan pihak-pihak terkait," kata Devy.
Disebutkan Devy, pada periode 26-28 Juni 2015, sebanyak 4 stasiun seismik shortperiod dan 1 stasiun seismik broadband yang terpasang di sekeliling Gamalama merekam adanya Swarm (rentetan) gempa tektonik lokal.
Pada 26 Juni sebanyak 178 kali, 27 Juni sebanyak 41 kali, dan pada 28 Juni sebanyak 16 kali. Aktivitas ini ditenggarai merupakan pertanda awal letusan hari ini.
Sejak 26 Juni PVMBG telah melakukan koordinasi dengan Pemda, BPBD, Babinsa maupun pihak terkait lainnya sebagai langkah antisipasi mengenai kemungkinan kejadian letusan. Hingga saat ini belum dilaporkan adanya dampak yang serius akibat letusan ini. Hal ini dimungkinkan karena telah adanya koordinasi sejak dini.
"Data pengukuran energi seismik saat ini cenderung mengalami penurunan setelah letusan. Namun demikian, PVMBG terus mengevaluasinya guna mengantisipasi jika terjadi peningkatan energi aktivitasnya," kata Devy. (rul/fdn)











































