Perjalanan Spiritual Sang Pemilik Es Krim Ragusa dan Semangat Berbagi

Ramadan 2015

Perjalanan Spiritual Sang Pemilik Es Krim Ragusa dan Semangat Berbagi

Salmah Muslimah - detikNews
Rabu, 15 Jul 2015 16:21 WIB
Foto: Salmah Muslimah
Jakarta - Perjalanan spiritual Hj Sias Mawarni (72), pemilik es krim Ragusa memang luar biasa. Sias yang menjadi mualaf beberapa puluh tahun lalu ini mengamalkan ajaran Islam dengan semangatnya berbagi.

Sias dulunya seorang non muslim, dia mengucap syahadat saat menginjak remaja di tingkat SMA. Kakak laki-laki Sias berperan penting dalam proses keislamannya.

"Kakak saya pergi naik haji dan mulai dari situ saya diajarin (Islam) sama kakak saya, tapi makin lama makin terasa (paham Islam). Akhirnya saya jadi Islam," ucap Sias saat berbincang dengan detikcom di Cafe Ragusa Duta Merlin, Jl Gajah Mada, Jakarta Pusat, Rabu (8/72015) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila banyak mualaf mendapatkan resistensi dari keluarganya akan keputusan menjadi mualaf ini, maka tidak halnya dengan Sias. Keputusan kakak Sias yang saat itu berdinas di kemiliteran dan dirinya untuk memeluk agama Islam mulus-mulus saja. Kedua orangtua yang berbeda keyakinan itu merestui pilihan keyakinan mereka berdua. Dari kedua orangtuanya yang non-muslim itu Sias belajar berbagi.

"Orangtua saya baik sekali. Sampai ada teman-teman saya yang nggak punya uang mau bayar sekolah terus minta kerjaan sama ayah saya, dikasih tempat tinggal, kalau sekolah berangkat bareng saya terus, semua sekolahnya dibayarin," cerita Sias yang tetap terlihat lincah dan enerjik di usia senjanya ini.

Selepas SMA, Sias memutuskan untuk mendalami ilmu agama di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini Universitas Islam Negeri/UIN Jakarta). Di kampus ini, pengetahuan Sias akan Islam semakin bertambah. Bahkan ada salah satu temannya yang menasihatinya untuk membaca surat Al-Waqiah. Surat Al Waqiah adalah surat yang menceritakan hari kiamat dan pembalasan amal. Mereka yang salah dan baik amalnya akan ditempatkan di surga, dan sebaliknya yang mengingkari Allah dan hari akhir akan ditempatkan di neraka.

"Saya tahu surat Al-Waqiah itu dari teman saya disuruh baca. Saya baca terjemahannya, kalau kamu banyak berbuat baik akhirnya dikembalikan sama Allah. Itu mah nggak bisa dipungkiri, sudah autentik," katanya.

"Sampai sekarang masih sering baca surat Waqiah setiap malam," tambahnya.

Satu lagi pengalaman spiritual Sias mengapa dirinya sekarang menjadi pengusaha es krim yang tak hanya memikirkan dunia, melainkan juga memikirkan akhirat. Saat itu, Sias hendak menikah dengan sang pujaan hati yang berprofesi sebagai guru. Banyak teman-temannya itu yang kemudian mencibirnya bahwa menikah dengan guru itu harus prihatin dan serba tak berkecukupan.

Suaminya lantas menjadi pegawai di es krim Ragusa yang saat itu dimiliki oleh seorang Italia. Saat tahu rencana pernikahan Sias dan calon suaminya saat itu, bosnya yang orang Italia bersikukuh membayari resepsi pernikahan mereka. Orang Italia itu menggelar resepsi pernikahan mereka di hotel yang termasuk mewah pada zamannya. Teman-teman yang dulu mencibir Sias, karena hendak menikah dengan seorang guru yang dinilainya tak berkecukupan, kaget semua.

"Makanya saya sekarang banyak memberi karena dulu saya juga banyak diberi," kenangnya.

Rezeki setelah menikah pun mengalir. Orang Italia yang mendirikan es krim Ragusa itu kehilangan salah satu dari empat anak-anaknya. Padahal, anak yang mangkat itu selama ini menjadi satu-satunya yang peduli untuk meneruskan usaha es krim itu. Sepeninggal anak yang mangkat, pemilik asli Ragusa

itu tetap meneruskan usaha es krimnya, namun lama-lama menjadi kurang laku. Pemilik es krim Ragusa itupun memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, Italia. Melihat hal ini, suami Sias dan Sias berniat untuk membeli usaha es krim itu. "Saat itu dijual murah sekali," kenangnya.

Di tangan keluarga Sias, usaha es krim itu berkembang hingga memiliki 20 cabang di Jakarta, hingga pada tahun 1998, pada saat kerusuhan, toko es krimnya termasuk yang menjadi sasaran kerusuhan. Hingga kini, tersisa 3 toko es krim Ragusa, di Jl Veteran, di ruko Duta Merlin dan di Kemayoran. Namun, Sias kini sudah tak lagi memikirkan keuntungan dan lebih banyak berbagi.

Dia kini memiliki 50 anak asuh yang dibiayai sekolahnya, diajari bahasa Mandarin gratis di kafe Ragusanya yang di Duta Merlin. Anak-anak asuh itu mulai dari anak-anak pegawainya, anak asisten rumah tangga hingga sopir, sama sekali tak memandang latar belakang agama.

Kepada para pegawainya, Sias menganggap mereka sudah seperti keluarga. Para pegawai itu juga diajaknya berpelesir ke luar negeri secara bergantian. Tak heran, loyalitas para pegawainya bisa mencapai belasan bahkan puluhan tahun.

Kebaikan yang ditanam pasti akan dituai, jika bukan di dunia nanti dibalas di akhirat.

"Kita berbuat baik kepada sesama," ucap perempuan yang selalu ceria selama berbincang dengan detikcom ini. (nwk/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads