Pengasuh Club Astronomi Santri Pesantren Modren Assalam (CASSA) Sukoharjo, Ustadz AR Sugeng, memaparkan ada dua peristiwa penting yang berkumpul dalam satu hari yang jarang terjadi. Meskipun kedua peristiwa itu bertemu secara kebetulan, namun keduanya adalah peristiwa penentuan yang sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan peribadahan.
Tenggelamnya matahari pada 16 Juli besok akan menjadi dasar apakah bulan Ramadan tahun ini akan berumur 29 hari atau harus digenapkan menjadi 30 hari. Sugeng mengatakan, untuk wilayah Solo dan sekitarnya matahari akan tenggelam pada pukul 17.34 WIB. Jika pada saat tenggelam tersebut posisi bulan sudah cukup tinggi sehingga dapat dilihat maka hari Jumat Pahing (17 Juli) harus didirikan salat Id sebagai penanda 1 Syawal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan yaumu rashdil qiblat akan terjadi sebelum matahari terbenam, atau tepatnya pada pukul 16.27 WIB. Pada jam tersebut matahari akan tepat berada di atas Kakbah sehingga seluruh bayangan benda akan tepat mengarah ke Kakbah. Peristiwa tersebut terjadi sebagai dampak adanya peredaraan semu perlintasan matahari dari selatan ke utara dan sebaliknya di setiap tahun dengan titik balik di garis lintang 23,5 derajat LS dan 23,5 LU.
Karenanya semua daerah di bawah garis lintang itu akan terlalui yang menyebabkan peristiwa matahari tepat di atas kawasan tertentu di bumi pada jam tertentu pula. Kota Makkah berada pada 21,25 LU sehingga termasuk yang ikut terlalui garis peredaran semu itu tadi sebanyak dua kali dalam setahun.
"Ketika bergerak dari selatan ke utara, matahari tepat berada di atas Kakbah pada tanggal 10 Sya'ban atau 28 Mei 2015 pada pukul 12.18 WAS (waktu Arab Saudi) atau 16.18 WIB. Matahari telah berada pada titik 23,5 derajat LS pada 21 Juni yang lalu. Selanjutnya matahari bergerak lagi ke selatan dan akan kembali tepat di atas Kakbah pada 29 Ramadhan atau 16 Juli besok pada pukul 12.27 WAS atau 16.27 WIB," papar Sugeng.
Peristiwa tersebut di kalangan muslim tradisional lazim disebut yaumu rashdil qiblat atau hari penetapan kiblat karena pada pukul 16.27 WIB seluruh bayangan benda vertikal akan tepat mengarah ke Kakbah. Kejadian ini bisa digunakan untuk membenahi lagi arah kiblat masjid di sebuah kawasan karena kemungkinan ada sejumlah faktor yang ikut menggeser arah yang sebelumnya telah lurus, misalnya akibat gempa bumi atau pergerakan lempeng bumi.
"Penetapan arah kiblat pada yaumu rashdil qiblat hanyalah salah satu metode dari banyak cara yang bisa dilakukan, namun cara seperti itu biasanya dipilih banyak orang karena murah, mudah dan memiliki tingkat akurasi tinggi karena sesuai pedoman alam yaitu arah bayangan benda oleh sinar matahari yang tidak mungkin bisa dibelokkan. Semua benda yang dipasang vertikal secara tegak lurus, pada jam dimana matahari tepat di atas Kakbah maka bayangannya pasti mengarah ke Kakbah," papar Sugeng. (mbr/try)