Ramadan di Perth Kala Musim Dingin, WNI Berbagi Kehangatan Saat Berbuka

Ramadan 2015

Ramadan di Perth Kala Musim Dingin, WNI Berbagi Kehangatan Saat Berbuka

Kristian Agung Prasetyo - detikNews
Kamis, 09 Jul 2015 11:25 WIB
Foto: Kristian Agung Prasetyo - pembaca detikcom
Jakarta - Saat ini barangkali merupakan waktu yang pas untuk menjalankan puasa di Perth, Australia Barat. Tak lain dan tak bukan penyebabnya adalah musim.

Ketika belahan bumi di utara β€” seperti negara-negara di Eropa, China, atau Korea Selatan - tengah mengalami musim panas, maka sebaliknya di Australia, saat ini adalah musim dingin. Akibatnya waktu puasa relatif lebih pendek.

Di jadwal puasa yang tertempel di kulkas di flat yang saya sewa, waktu Subuh di Perth dan sekitarnya tertulis paling pagi pukul 05.49, sementara waktu Magrib paling sore pukul 17.36 waktu Perth. Suhu udara juga lumayan bersahabat di Perth, maksimal sekitar 20-an derajat Celcius dan kalau pagi sekitar 5 derajat Celcius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncak musim dingin pada sekitar tanggal 20-an Juni lalu pernah mencapai 2 derajat Celcius pada saat sahur. Namun setelah itu perlahan suhu udara menjadi lebih hangat. Selain itu, udara dingin membuat kebanyakan orang di sini berpakaian relatif tertutup. Hal ini tentu saja berbeda dengan pengalaman mereka yang berpuasa di belahan bumi utara yang mungkin terkendala pada tantangan untuk menahan pandangan.

Puasa di Australia β€” negeri di mana muslim menjadi minoritas β€” salah satu yang saya rasakan hilang adalah suasana Ramadan. Kalau di Indonesia, kita dengan mudah menemukan musala atau masjid sehingga ibadah bisa ramai-ramai. Banyak pula orang berjualan makanan pembuka puasa.

Di tempat saya tinggal di Victoria Park β€” sekitar 15 menit dari Perth β€” musala minim jumlahnya, sehingga kalau ingin salat tarawih berjamaah, harus naik kendaraan terlebih dahulu karena letaknya yang terlalu jauh dijangkau dengan berjalan kaki. Lagi pula β€” karena musim dingin β€” air wudu terkadang terasa seperti air es, khususnya di tempat-tempat yang keran air dinginnya terpisah dengan air panas.

Tantangan lainnya adalah sepinya suasana. Sama sekali tidak terdengar suara azan atau bunyi apapun yang menandai bahwa saat ini tengah suasana puasa. Untungnya pihak Konsulat Jenderal RI lumayan sering mengadakan acara buka puasa bersama. Menu-menunya khas Indonesia, sehingga lumayan mengurangi rasa kangen suasana kampung.

Masyarakat Indonesia di sekitar Perth pun tidak jarang yang mengadakan acara buka puasa bersama. Awal Ramadan lalu misalnya, tetangga rumah β€”yang sudah bertahun-tahun tinggal di Victoria Park β€” mengadakan acara buka puasa bersama kecil-kecilan, dihadiri orang Indonesia di sekitar rumah beliau. Malah ada juga bule asli Australia namun muslim yang ikut hadir dan turut berbuka serta salat tarawih bersama.

Setiap yang datang β€”sebagaimana lazimnya tradisi di Australiaβ€” menyumbangkan makanan ke tuan rumah sehingga hidangan yang tersaji lumayan beraneka ragam. Kalau sudah begini, hiruk pikuk politik Indonesia-Australia yang sering naik turun sama sekali tidak ada bekasnya.

Singkatnya, puasa di Australia pada tahun ini berada di tengah dinginnya winter dan sepinya suasana. Namun demikian, bias-bias kehangatan dapat terpancar dari upaya warga Indonesia untuk mempererat silaturahmi melalui acara buka puasa bersama ala Indonesia. Suhu boleh dingin, namun persaudaraan tetap hangat. Salam.

*) Kristian Agung Prasetyo kini sedang menempuh program doktoral di Curtin University, Australia.

Bagi Anda pembaca detikcom yang memiliki pengalaman berpuasa Ramadan di luar negeri seperti yang dituliskan di atas, bisa menuliskan dan mengirimkannya ke: redaksi@detik.com. Sertakan identitas lengkap, nomor kontak yang bisa dihubungi dan foto yang mendukung kisah Anda.
Halaman 2 dari 1
(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads