"Soal kebohongan GT, berdasarkan pemeriksaan psikologis itu tidak terlihat adanya kebohongan," ujar psikolog dari RSPA Kemensos yang menangani GT, Euis Heni Mulyani.
Hal tersebut diungkap Euis dalam jumpa pers di rumah salah seorang tetangga rumah ibu GT di bilangan Cipulir, Jaksel, Rabu (8/7/2015). Selain sesi wawancara, tes yang dilakukan terhadap GT menurut Euis adalah tes grafis dan tes intelijensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada indikator lain untuk mengetahui GT berbohong atau tidak. Dari gestures tubuh dan ceritanya yang konsisten, Euis tidak melihat ada indikasi GT mengatakan kebohongan.
"Dari gestures tubuh, sudah beberapa kali ketemu dan keterangannya sama, cerita yang konsisten. Melalui tes grafis, ada indikator tertentu yang mengatakan dia tidak bohong," jelas Euis.
Saat ini GT masih diamankan di RSPA Kemensos yang ada di wilayah Jakarta Timur. GT, kata Euis, memang cukup cerdas untuk anak seusianya. Setelah 8 hari berada dalam perlindungan Kemensos, GT disebut cukup merasa nyaman.
"Dia sangat nyaman banget sekarang, ceria. Anak sewajarnya anak, ada fase ingin tahu. Ada kebohongan kecil dan wajar. Itu karena dia merasa terancam," tutur Euis.
Ibu kandung GT, LSR kini masih dalam pemeriksaan di Polres Jaksel. Pihak polisi menurut Euis sudah berkoordinasi dan menyatakan sementara akan menampung hasil tes psikologis dari RSPA.
"Kemarin sempat telepon, pemeriksaan dari saya sementara akan ditampung karena mereka (polisi) juga akan tes, sehingga nanti dikombinasi. Jadi ada tim, dari kami 2 orang. Dari polisi mungkin 3 psikolog," ucap Euis.
"Kita nggak bisa cuma sekali dua kali (pemeriksaan), informasi yang didapat juga harus dari beberapa orang terkait, misalnya tetangga, orang-orang terdekat. Sementara dari assestment pekerja sosial kami," sambungnya.
Kepala RSPA Kemensos tempat GT diamankan, Neneng Handayani mengatakan bahwa GT termasuk anak pandai. Kecerdasannya di atas rata-rata anak seusianya.
"GT anak yang sangat pandai, IQ 113. Cara bicaranya untuk seusia dia sangat bagus. Dia jelaskan secara kronologis dan sistematis. Pandai menyusun kata-katanya," terang Neneng di lokasi yang sama.
Baik kepada psikolog dan pekerja sosial yang mendampinginya, GT menceritakan mengenai luka-luka yang didapatnya. Salah satunya adalah bekas luka di tangan karena disabet gergaji oleh ibunya karena kesalahan kecil.
"Dia mencotohkan, tidak seperti ini (digergaji seperti kayu), cuma di-sret (sekali sabet) sehingga lukanya tidak dalam. Alatnya gergaji kecil. Di RSPA GT merasa senang sekali menurutnya. Dia senang karena katanya 'nggak ketemu mama' dan bisa bersosialisasi," tutup Neneng.
(/faj)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini