Setelah Jl Asia Afrika 'Lahir' Kembali, Nuansa Eropa Ada di Sini

Revolusi Kota

Setelah Jl Asia Afrika 'Lahir' Kembali, Nuansa Eropa Ada di Sini

Avitia Nurmatari - detikNews
Rabu, 08 Jul 2015 12:34 WIB
(Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Bandung - Kawasan Jalan Asia Afrika Kota Bandung seolah dilahirkan kembali di Bumi Parahyangan. Hanya dalam waktu dua bulan, Pemkot Bandung menyulap kawasan kota lama itu menjadi seperti di Eropa. Kawasan tersebut kini menjadi salah satu destinasi selfie terfavorit di Bandung.

Sebelum perhelatan Konferensi Asia Afrika April 2015 lalu, Pemkot Bandung dibantu oleh dana CSR pihak ketiga, telah merombak Taman-Alun-alun. Kesan kumuh dan banyak PKL yang telah lama melabeli taman di depan rumah dinas Wali Kota tersebut, kini menjadi bersih dan tertata rapi.

Taman pun menjadi aktif dikunjungi warga. Hamparan rumput sintetits di halaman Masjid Raya Jabar (Masjid Agung) selalu dipadati pengunjung. Rata-rata warga yang datang mengajak serta anak-anaknya untuk bermain bola, tapi ada juga yang sekadar berfoto selfie menggunakan tongsis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama setelah Taman Alun-alun 'hidup' kembali, Pemkot Bandung bebenah diri untuk mempersiapkan puncak peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60. Sebagai titik pusat perhelatan, Jalan Asia Afrika pun dipermak habis-habisan. Beberapa ornamen pun ditambahkan di kawasan bersejarah itu.

Salah satu ornamen yang mencuri perhatian adalah Monumen Globe Asia Afrika di pertigaan Jalan Asia Afrika dan Jalan Dalem Kaum. Monumen tersebut berupa globe berwarna hitam yang di bagian dindingnya berisi nama-nama negara Asia Afrika. Namun warga kudu hati-hati jika ingin berfoto di tempat ini, karena banyak kendaraan dengan kecepatan tinggi yang berseliweran.

Monumen yang masih berkaitan dengan sejarah Konferensi Asia Afrika adalah Monumen Dasasila Bandung. Monumen ini tidak dibangun baru, namun hanya dipindahkan saja dari tempat semula yakni di kawasan Simpang Lima. Dulu, masyarakat tidak bisa berfoto di monumen ini karena lokasinya di tengah jalan. Dalam rangka perhelatan KAA ke-60, atas izin pembuatnya yakni seniman bernama Sunaryo, monumen ini pun dipindahkan ke samping Gedung Merdeka. Kini warga bisa berfoto di monumen tersebut.

Berjalan ke sudut lain kawasan Asia Afika, sebuah kawasan yang kini dinamai Cikapundung Riverspot juga menarik perhatian masyarakat. Sebelumnya kawasan ini hanya dijadikan sebagai lokasi parkir. Namun kini di pinggir sungai Cikapundung Timur warga bisa menikmati air mancur menari.

Di malam hari, pesona Jalan Asia Afrika tak kalah menarik. Di waktu malam hingga dini hari kita bisa benar-benar merasakan nuansa Eropa. Bangunan-bangunan klasik gaya arsitektur belanda yang masih dipertahankan di kawasan tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Lampu penerangan jalan umum yang mengusung tema vintage klasik pun menambah cantik kawasan Asia Afrika di malam hari.

Boleh jadi, wajah baru Jalan Asia Afrika ini salah satu kebanggan Wali Kota Bandung dan jajarannya yang berkontribusi membuat kawasan itu menjadi cantik. Keringat dikucurkan dan lelah yang dirasakan kini membuahkan hasil yang menakjubkan.

Suatu waktu, jika ada waktu luang di malam hari. Sempatkan datang ke Jalan Asia Afrika lalu duduk di salah satu kursi klasik yang ditempatkan di trotoar Asia Afrika. Pandangilah dan rasakan suasana sekitarnya. Nyaman, hangat dan damai akan terasa.

"Saya suka merinding kalau lewat Asia Afrika di malam hari. Buat saya ini adalah hasil dari kerjasama semua pihak. Warga jadi bahagia," ungkap Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.


(avi/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads