Awalnya saya berniat untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari yang lain karena takut tidak kuat. Tapi dengan niat yang bulat, akhirnya saya puasa juga hari pertama pada 18 Juni 2015.
Hari pertama puasa, diawali dengan hanya minum air mineral karena tidak ada persiapan bekal untuk sahur di hotel. Kemudian seharian penuh melakukan tur di Krakow dengan berjalan kaki. Saking semangatnya tur, malah membuat tidak terasa kalau waktu sudah sore. Ketakutan saya tidak kuat puasa pun hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menghabiskan waktu sampai pukul 22.00, saya ke pusat kota Frankfurt untuk membeli oleh-oleh dan kembali ke bandara pukul 20.00. Ketika sudah siap-siap berbuka puasa pukul 21.00, ternyata ketika melihat aplikasi di HP, waktu Magrib di Frankfurt adalah pukul 22.00. Jadi hari kedua ini saya puasa lebih lama 1 jam.
Memasuki hari ketiga puasa, saya perkirakan waktu puasa lebih singkat dari 2 hari sebelumnya, karena saya sahur di atas pesawat dengan patokan Subuh Frankfurt dan akan mendarat di Jakarta pukul 18.30 WIB. Dengan kata lain saya hanya akan menghabiskan puasa hari ketiga dalam pesawat saja.
Β
*) Erwin Rahardiyan, pegawai BUMN, tinggal di Jakarta.
Bagi Anda pembaca detikcom yang memiliki pengalaman berpuasa Ramadan di luar negeri seperti yang dituliskan di atas, bisa menuliskan dan mengirimkannya ke: redaksi@detik.com. Sertakan identitas lengkap, nomor kontak yang bisa dihubungi dan foto yang mendukung kisah Anda.
Halaman 2 dari 1