Perjalanan Hidup Quraish Shihab di Cahaya, Cinta dan Canda

Perjalanan Hidup Quraish Shihab di Cahaya, Cinta dan Canda

Fajar Pratama - detikNews
Rabu, 08 Jul 2015 09:50 WIB
Foto: istimewa
Jakarta - Kisah hidup Muhammad Quraish Shihab dituliskan dalam sebuah buku. Sang cendekiawan muslim ini berkisah mengenai perjalanan hidupnya dari titik awal kelahirannya 71 tahun silam sampai masa sekarang.

Berjudul Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab, buku terbitan Lentera Hati itu akan diluncurkan pada Rabu (8/7/2015) petang. Buku ini ditulis oleh Mauluddin Anwar dkk.

Tak hanya soal kisah hidup Quraish, dalam buku ini juga dimuat komentar-komentar sejumlah toko terhadap sosok mantan Menteri Agama tersebut, di antaranya, Jusuf Kalla, Franz Magnis Suseno, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait buku biografinya ini, Quraish mengaku sempat gamang. Karena menurutnya penulisan biografi berbeda dengan penulisan biasa.

"Menulis biografi tidak serupa dengan menulis sejarah hidup seseorang. Tulisan tentang sejarah hidup sudah baik dan benar, jika penulisnya menguraikan peristiwa yang diΒ­alami oleh tokoh yang ditulisnya," ujar Quraish dalam bagian pembuka buku ini.

Menurut Quraish, penulisan biografi harus lebih dari itu. Penulisnya harus menggambarkan nilai-nilai yang dihayati oleh sosok yang ditulisnya, sambil memberi contoh konkret pengamalan nilai-nilai tersebut oleh sang sosok.



Nilai-nilai itulah yang ditonjolkan dengan tujuan kiranya dapat dijadikan acuan, khususnya oleh generasi muda. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang menjadikan sementara cendekiawan enggan untuk ditulis biografinya, paling tidak semasa dia masih hidup.

"Memang, menulis biografi tidaklah mudah. Dari satu sisi, penulisnya harus mengenal dengan baik, bahkan menyelami jiwa, siapa yang ditulis biografinya. Tak ubahnya seperti aktor yang melakonkan peran seseorang. Di sisi lain, tokoh yang ditulis harus memiliki kelebihan yang dapat menjadi nilai bagi para pembacanya serta mendorong mereka untuk meneladaninya," kata Quraish.

"Di samping itu, usia sosok yang ditulis biografinya sering kali sudah lanjut sehingga tidak mustahil apa yang diceritakannya tidak akurat lagi, yang tidak jarang dibumbui secara berlebihan oleh penulisnya. Hemat saya, Quraish, kendati memiliki sekian karya tulis, tetapi dia tidak memiliki cukup nilai untuk ditonjolkan kepada generasi muda. Karena itu, kalaupun buku ini di tangan pembaca, mohon jangan dianggap sebagai biografi," sambung matan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini.

(faj/tor)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads