"Daripada saya numpang ke rumah teman terus, saya akhirnya menyibukkan diri untuk pelayanan. Apa aja saya lakukan di sana," kata Agnes (29) saat ditemui di kediamannya, Jl Galur, Kukusan, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015).
Bertahun-tahun Agnes menikmati kegiatannya tersebut. Hingga pada suatu hari, ia merasa mulai berbeda pandangan dengan keyakinannya saat itu. Ditambah lagi ada masalah internal dan ia dikenai hukuman. Masalah bertumpuk-tumpuk hingga pada tahun 2003 Agnes mengalami krisis iman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu ia mulai tak percaya lagi kepada Tuhan yang selama ini disembahnya. Ia bahkan sempat berpikir untuk tak memeluk agama apapun. Namun dalam lubuk hatinya, ia yakin bahwa sebenarnya Tuhan memang ada.
"Saya sempat berpikir apa nggak usah beragama aja ya, toh nggak ada yang nanya. Tapi saya yakin, Tuhan itu ada, nggak mungkin kita tiba-tiba muncul," ujarnya.
Pada masa-masa itu, kehidupannya mulai kacau. Keyakinannya semakin tak jelas. Agnes melakukan 'pencarian' Tuhan dengan mempelajari berbagai macam agama yang ada di Indonesia. Kala itu ia mengaku tak mempercayai agama apapun. Kehidupannya juga mulai berantakan.
Agnes mulai belajar agama lain karena kebetulan di kampusnya, UI, kala itu mahasiswa masih diperbolehkan mengambil mata kuliah agama selain yang dianutnya. Akan tetapi ia mengaku tak menemukan kecocokan dalam beberapa agama yang dipelajarinya itu.
Pencarian masih tak membuahkan hasil. Hingga pada suatu sore, selepas azan Magrib, Agnes mengaku mendengar bisikan panggilan "Salat-salat". Hal itu terjadi berturut-turut selama seminggu dalam waktu yang sama. Ia yang sebelumnya sebal dengan Islam, mengaku terpaksa akhirnya mempelajari Islam.
"Sampai akhirnya saya belajar Islam itu karena udah kepentok," ujar lulusan Sastra Jawa UI angkatan 2004 ini.
Awal-awal belajar Islam, ia bertemu dengan kelompok kajian Islam yang belakangan diakuinya janggal. Dalam kelompok kajian itu, diajarkan bahwa manusia tak perlu salat maupun zakat. Padahal salat dan zakat adalah bagian dari rukun Islam. Merasa aneh dengan kepercayaan itu, Agnes memutuskan untuk keluar.
Saat dilanda kegundahan itu, Agnes justru ditinggalkan oleh kekasihnya. Sebab kekasih yang telah dipacarinya 5 tahun itu tak merestui pilihan hidupnya.
"Padahal cuma dia satu-satunya yang saya miliki saat itu. Saya juga ditinggalkan keluarganya," ujar Agnes.
Ia kemudian berdoa agar diberikan calon suami yang dapat membimbing. Sebab ia merasa betul-betul gundah dan tak tahu arah. Tak dinyana, 2 hari kemudian ia bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya itu.
Pada akhir November 2007, Agnes lalu dibimbing mengucap kalimat syahadat di Masjid Cut Meutia. Beberapa hari kemudian ia dipinang oleh pria asal Sulawesi Selatan tersebut.
"Padahal saat itu dia belum punya apa-apa. Tapi kata dia, yang penting sudah Islam. Insya Allah rezeki bisa dicari," tutur perempuan yang kini telah memiliki 3 anak tersebut.
Halaman 2 dari 1