Membunuh Waktu dalam Puasa 17 Jam di Seoul

Ramadan 2015

Membunuh Waktu dalam Puasa 17 Jam di Seoul

Salmah Muslimah - detikNews
Selasa, 07 Jul 2015 11:45 WIB
Suasana Seoul pukul delapan malam (Foto: Salmah/detikcom)
Seoul - Berkunjung ke Korea Selatan saat musim panas dan bertepatan dengan bulan puasa menjadi pengalaman yang menarik. Banyak hal yang berbeda dengan suasana puasa di Tanah Air, mulai dari jam puasa yang lebih panjang dan 'godaan' lainnya.
Β 
Siang itu pada awal Juli 2015, sinar matahari tidak terlalu menyengat, saya berjalan kaki dari hotel tempat menginap di Westin Chosun, Seoul menuju Pasar Myeong Dong, salah satu pusat oleh-oleh di Korea Selatan. Sepanjang jalan menuju pasar terlihat banyak warga yang membawa minuman segar yang menggugah selera.

Para pengunjung lebih memilih untuk berpakaian terbuka, alasannya karena musim panas danΒ  ingin mendapat angin yang sejuk. Saya yang mengenakan jilbab mungkin terlihat sedikit 'berbeda' karena menggunakan baju tertutup saat musim panas seperti ini.

Sepanjang jalan menuju Pasar Myeong Dong, pedagang makanan dan es krim berjajar rapi. Perut yang menahan lapar sejak pukul 03.00 pagi jadi keroncongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang puasa di sini jauh lebih lama dari puasa di Indonesia. Letak Korsel yang lebih dekat dengan kutub utara membuat matahari di musim panas lebih lama bersinar.

Mulai puasa di Korsel alias Subuh jatuh pada pukul 03.00 hingga pukul 20.00 waktu setempat atau sekitar 17 jam lamanya.
Pukul 20.00 di Seoul, Korsel. Langit belum gelap.


Meski panjang, namun suhu udara yang sejuk meski musim panas, sekitar 22 derajat Celsius, dan aktivitas konferensi yang saya ikuti di ruang pertemuan hotel tempat saya menginap, seharian, membuat waktu puasa yang panjang tidak terasa.

Tidak ada suara azan dan penanda waktunya berbuka, hanya jam di tangan yang menjadi patokan berbuka.

Mencari makanan halal juga tidak mudah, sebagian besar makanan di sini terbuat dari daging babi, baik sosis atapun makanan berat. Lebih aman sebaiknya memilih makanan laut, seperti kerang atau ikan.

Di Seoul memang ada beberapa masjid, namun sayangnya letaknya berjauhan sehingga sulit bagi saya untuk menemukan tempat salat berjamaah. Sebenernya KBRI Seoul setiap hari Sabtu menggelar acara buka puasa bersama dan salat tarawih berjamaah, namun saya harus kembali ke Tanah Air sebelum Sabtu sehingga tidak sempat ikut acara buka puasa di KBRI.

Puasa di negeri orang jauh dari Tanah Air membuat saya lebih bersyukur bisa menjalani puasa di Indonesia, di mana suasana puasa begitu terasa dan gema suara azan berkumandang di setiap waktu.

Bagi Anda pembaca detikcom yang memiliki pengalaman berpuasa Ramadan di luar negeri seperti yang dituliskan di atas, bisa menuliskan dan mengirimkannya ke: redaksi@detik.com. Sertakan identitas lengkap, nomor kontak yang bisa dihubungi dan foto yang mendukung kisah Anda.

(slm/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads