Malik Ibrahim, Sebarkan Islam dengan Kearifan Lokal

Ramadan 2015

Malik Ibrahim, Sebarkan Islam dengan Kearifan Lokal

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Selasa, 07 Jul 2015 09:53 WIB
Makam Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur. (Imam Wahyudiyanta/detikcom)
Gresik - Luas bangunan makam waliyullah tersebut biasa saja dan sederhana. Tak ada kemegahan dan kemewahan di dalamnya. Makam tersebut tak bercungkup dan berada di udara terbuka di bawah naungan pendopo. Padahal waliyullah tersebut adalah salah satu orang yang paling berjasa yang pertama kali menyiarkan dan menyebarkan Islam di Nusantara, khususnya Pulau Jawa.

Di nisan makam waliyullah itu tertulis huruf Arab yang jika diartikan berbunyi seperti berikut 'Inilah makam almarhum almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, para sultan dan para menteri, penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek Bantal. Allah meliputinya dengan rahmatNya dan keridhaan-Nya, dan dimasukkan ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H'.

Pusara Sunan Malik Ibrahim tidak sendiri. Pusara di sebelah timur itu berdampingan dengan pusara istrinya, Sayyidah Siti Fathimah, dan putranya, Syekh Maulana Maghfur. Makam di Desa Gapuro Sukolilo, Gresik itu tak pernah sepi dari para peziarah. Para peziarah selalu mendoakan agar kekasih Allah tersebut tetap mendapat limpahan rahmat-Nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai seorang wali, Sunan Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai salah satu orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Dengan keluwesannya, ajaran yang dibawa Malik Ibrahim bisa diterima oleh penduduk lokal saat itu.

"Beliau menyebarkan agama Islam dan mendirikan pondok pesantren di kawasan Leran, Gresik," kata Wahib, salah satu pengurus Yayasan Malik Ibrahim kepada detikcom di Gresik, Jawa Timur, Selasa (7/7/2015).

Ajaran Islam yang dibawa Maulana Malik Ibrahim, kata Wahib, lebih bisa diterima karena agama Hindu yang dianut sebagian besar penduduk saat itu masih menerapkan sistem kasta dengan ketat. Masyarakat yang mempunyai kasta bawah lebih bisa menerima ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan kedudukan sosial masyarakat.

Menurut Wahib, ada tiga metode Malik Ibrahim untuk bisa berbaur dengan masyarakat. Metode itu adalah berdagang, pengobatan, dan bercocok tanam. Malik Ibraham sebenarnya adalah seorang pedagang cukup berada. Setiba di Gresik, Malik Ibraham membuka warung di Desa Roomo. Warung itu menjual makanan dan kebutuhan pokok warga dengan harga murah. Tak heran dalam waktu singkat warung itu selalu kebanjiran pengunjung.

Setelah warung, Malik Ibrahim membuka praktik pengobatan gratis. Karena gratis, banyak yang sakit datang ke praktik tersebut. Selain memberi obat, diajarkan juga doa-doa saat meminum obat tersebut. Itu adalah upaya untuk mengenalkan bacaan doa ke masyarakat.

Metode ketiga adalah bercocok tanam. Malik Ibrahim mengajarkan sistem bertani yang lebih maju kepada penduduk. Selain cara bercocok tanam yang benar, Malik Ibrahim juga mengenalkan sistem irigasi yang mengalirkan air dari gunung menuju lahan pertanian penduduk.

semua metode yang dilakukan Malik Ibrahim selalu menyasar seluruh masyarakat tanpa membedakan status sosial dan kasta. Karena itulah banyak yang bersimpati kepada Malik Ibrahim.

Malik Ibrahim yang dikenal dengan nama Kakek Bantal memasukkan ajaran Islam dengan santun, dengan memasuki budaya setempat sehingga bisa membaur. Dalam waktu singkat, pengikut Malik Ibrahim bertambah banyak, sehingga beliau perlu mendirikan bangunan untuk belajar Islam.

Bangunan yang didirikan Malik Ibrahim juga meniru kearifan lokal bangunan saat itu. Pemuka agama Hindu dan Buddha ketika itu biasa mendirikan Wanasrama Mandala untuk mendidik rahib dan biksu. Dan dari situlah cikal bakal pesantren muncul.

Meski konsep bangunan meniru agama lain, namun Malik Ibrahim menamakan bangunan itu pondok pesantren yang artinya suatu tempat untuk bermukim dan belajar para santri. Kata santri sendiri dicomot Malik Ibrahim dari kata sastri yakni murid yang belajar di Wanasrama Mandala.

Untuk tempat ibadah, Malik Ibrahim mendirikan suatu masjid kecil yang diberinya nama langgar (musala). Kata Langgar juga meminjam kata sanggar yakni tempat ibadah kaum hindu dan Buddha saat itu.

"Beliau selalu menyelaraskan diri dengan budaya saat itu, tidak frontal langsung mengubah sistem yang ada," ujar Wahib.

Pondok pesantren itu adalah sarana Malik Ibrahim mencetak santri untuk meneruskan pengajaran dan penyebaran agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW tersebut di Pulau Jawa. Kelak, ajaran Islam tumbuh subur di Pulau Jawa, dan salah satu orang yang berjasa adalah Maulana Malik Ibrahim.

"Sebelum puasa, makam ini penuh sesak oleh peziarah," lanjut Wahib.

Tetapi selama Ramadan, makam relatif sepi meski setiap hari ada saja yang datang untuk berziarah. Dan makam Sunan Maulana Malik Ibrahim akan penuh sesak lagi pada malam ke 29 Ramadan.

"Malam 29 banyak peziarah ke sini dan melakukan salat Tasbih untuk Lailatul Qadar," pungkas Wahib. (iwd/rul)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads