Meski di sana mencekam namun desa itu justru menjadi salah satu tujuan wisata yang menantang karena setiap wisatawan yang datang harus bersedia menandatangani surat yang berisi menanggung risiko jika terluka atau tewas karena tertembak selama perjalanan wisata.
Panmunjom merupakan desa kecil yang berada sekitar 55 km sebelah utara Seoul dan termasuk dalam wilayah Korean Demilitarized Zone (Korean DMZ). Di desa inilah ditandatangani perjanjian Gencatan Senjata Korea pada 1953. Meski genjatan senjata sudah mengendur di tahun itu namun kedua negara tidak pernah bisa benar-benar berdamai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalan beraspal mengantar kami lebih mendekat Desa Panmunjon, bus melaju di jalan berpola zig-zag karena di jalan di pasang pagar pembatas agar kendaraan tidak bisa berjalan lurus. Akhirnya kami sampai di gedung Join Security Area (JSA). Di sini kami masuk ke dalam sebuah ruangan dan diberi penjelasan tentang sejarah DMZ.
Setelah itu kami di ajak berkeliling Desa Panmunjom selama satu jam dengan menumpang bus milik JSA. Selama perjalanan kami dilarang mengambil gambar sembarangan, kami akan diberi tahu di lokasi mana kami boleh memotret. Seorang pemandu menjelaskan bahwa ada beberapa check point selama perjalanan.
![]() |
Salah satunya adalah check point di Camp Bonifas. Di sini merupakan tempat insiden pembunuhan anggota pasukan Amerika yang dibacok menggunakan kapak hingga tewas oleh tentara korea utara tahun 1976 karena mencoba memangkas pohon di sekitar Zona Demilitarisasi. Nama tentara Amerika itu adalah Kapten Arthur G. Bonifas. Insiden ini dikenal dengan nama Axe Murder.
Bus terus melaju menempuh jalan yang menanjak. Di sepanjang jalan kanan kiri terbentang sawah yang menghijau. Di desa Panmunjom wisatawan juga bisa menyaksikan Desa Gijeong-dong milik Korea Utara dari kejauhan, ada bendera Korut yang berkibar di sana.
Jarak 1 km dari garis perbatasan, suasana mencekam makin terasa. Setiap beberapa meter, selalu ada pos pengamatan. Beberapa tentara tampak berjaga, mereka berdiri tegap dengan memegang senjata, sesekali juga berkeliling untuk berpatroli.
Perjalanan berlanjut dan kami sampai di kawasan Freedom House dengan beberapa gedung biru yang berbatasan beberapa meter saja dengan wilayah Korut. Bangunan biru satu lantai ini adalah tempat para pejabat dari Korea Selatan dan Korea Utara melakukan perundingan. Di sini kami diizinkan memotret, namun dilarang membawa tas.
Di belakang gedung biru itu adalah wilayah Korea Utara, gedung Panmungak berwarna putih milik Korut tinggi menjulang di sana dengan penjagaan ketat. Pengunjung dilarang melewati garis kuning dan melakukan tindakan yang dianggap provokasi.
Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanan ke Bridge of No Return, yaitu sebuah jembatan yang melewati Korea Selatan dan Korea Utara tapi telah ditutup di tengah-tengahnya. Di sisi Korea Utara, ada tentara yang menenteng senapan dan bakal menindak tegas siapa pun yang melewati batas negaranya di jembatan tersebut.
![]() |
Halaman 2 dari 2