Lantas, bahas apa saja dalam pertemuan tersebut?
"(Ke Istana) Tanggal 29 Juni. Bukan orang penting saya. Waktu itu saya dampingi Pak Sutrisno Bachir. Yah, saya bicara macam-macam lah, soal tembakau," kata Buya di sela-sela peluncuran buku 'Muadzin Bangsa dari Makkah Darat' di Bentara Budaya Jakarta, Jl Palmerah Selatan, Jakarta, Jumat (3/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Merokok itu lebih berbahaya dari narkoba. Korbannya orang miskin. Perokok di Indonesia ada 70 juta dan transaksi keuangan setiap tahun itu sekitar Rp 400 triliun, bisa bayangkan. Ini harus dikendalikan,"
Kemudian, Buya dan Jokowi saling memberikan saran terkait masalah ini. Ada usulan agar cukai rokok dinaikan agar bisa dikendalikan.
"Mungkin dinaikan cukainya. Mungkin itu salah satunya. Anak-anak kecil, minta uang buat rokok. Dan rokok itu Rp 400 triliun setahun hanya dibakar, orang tidak merokok tidak mati kan. Ini menurut saya persoalan gawat," sebutnya.
Selanjutnya, ada isu persoalan korupsi yang juga menjadi bahan perbincangan. Masalah korupsi yang disinggung terkait mafia yang bermain di sektor migas.
Ia merasa heran dengan kelakuan para oknum ini yang justru ingin merusak negara sendiri.
"Ini luar biasa sekali. Kok anak-anak bangsa ini malah mau menghancurkan bangsanya sendiri dari dalam," sebutnya.
Terkait masalah isu reshuffle kabinet, Buya mengaku tak membicarakan hal tersebut secara khusus dalam pertemuan. Namun, ada harapannya agar kabinet pemerintahan Jokowi ke depan lebih baik.
"Isu reshuffle muncul sekarang. Saya hanya berharap mudah-mudahan ada pilihan terbaik. Pilih menteri yang petarung, yang bisa bekerja keras buat rakyat," tuturnya. (hty/hri)