Tim DVI Ungkap Beda Penanganan Korban Hercules dengan AirAsia dan Sukhoi

Tim DVI Ungkap Beda Penanganan Korban Hercules dengan AirAsia dan Sukhoi

Idham Khalid - detikNews
Jumat, 03 Jul 2015 18:10 WIB
Medan - Tiga kecelakaan pesawat terjadi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Dari kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 pada tahun 2012, pesawat Airasia QZ8501 tahun 2014, serta yang terakhir kecelakaan pesawat Hercules C-130 Selasa (30/7/) lalu.

Direktur Eksekutif DVI Polri, Kombes Anton Castilani yang terjun dalam proses identifikasi tiga kecelakaan pesawat itu, berbagi cerita bagaimana perbedaan tingkat kesulitan Tim DVI Polri dalam melakukan proses identifikasi antara tiga peristiwa tersebut.

"Saya bisa bilang, tidak ada satu pun yang namanya operasi DVI itu persis sama. Walau pun katakanlah sama-sama kecelakaan pesawat, tapi beda," kata di RSUP Haji Adam Malik, Medan, Sumut, Jumat (3/7/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anton mengatakan, dalam penanganan korban Sukhoi yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat itu, Tim DVI menghadapi kondisi korban yang seluruhnya hancur. Namun Tim berhasil mengidentifikasi dan mengembalikan korban ke keluarga dalam waktu 8 hari.

"Tidak ada satu tubuh pun yang utuh disitu. Makanya waktu Sukhoi itu kita bergantung pada pemeriksaan DNA, jadi bagian tubuh ini milik si A, ini si B, ini si A lagi dan begitu seterusnya sampai 45 jenazah,"

Kemudian, lanjut Anton, pada kecelakaan Airasia di laut Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Tim menghadapi kesulitan yang berbeda sebab pesawat jatuh ke laut. Proses identifikasi kecekalaan Asia berlangsung hingga dua bulan. Selain karena pencarian jenazah di laut, proses juga dilakukan di dua kota yang letaknya berjauhan, yaitu Pangkalan Bun, Kalteng dan Surabaya Jawa Timur.

"Itu jatuh di laut, proses pembusukan di air dan sebagainya. Ini merupakan kesulitan yang berbeda," ujarnya.

Menurut Anton, penanganan proses identifikasi korban pesawat Hercules lebih mudah dibanding dengan Sukhoi dan Airasia. 10 sampai 20 persen korban Hercules mengalami luka bakar. Selebihnya tidak terbakar dan ada juga yang tidak utuh.

"(lebih mudah karena) Ini pertama, TKP-nya terlokalisir, evakuasi relatif lebih mudah, lebih cepat, karena dari TNI, banyak keluarga sehingga informasi dan data lebih cepat," ujarnya.

Bila Sukhoi butuh 8 hari dan Airasia selama dua bulan, untuk kecelakaan Hercules pada hari ke empat, Jumat pukul 16.30 WIB, sebanyak 108 jenazah telah berhasil teridentifikasi.

Rencananya, hari ini merupakan hari terakhir proses identifikasi dengan Post Mortem. Jika hingga besok tidak data pembanding, maka akan dilanjutkan dengan tes pemeriksaan DNA. Artinya, seluruh sampel DNA akan dibawa ke Mabes Polri.

"Kita lihat, kalau nggak besok, lusa. Bebenah dulu disini, biar nggak ada yang ketinggalan," ujarnya.

Anton menjelaskan, pemeriksaan laboratorium DNA dilakukan di Mabes Polri, sebab alat laboratoum DNA hanya ada satu yaitu yang di Mabes Polri dan belum ada di Polda-Polda.

"Karena mahal, satu set itu harganya di atas Rp.50 Milyar. Yang ada ini buatan Amerika, sejak tahun 2007 dan baru peremajaan kembali pada tahun 2015 ini.





(faj/faj)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads