Ketua DPR Minta Panglima TNI Pastikan Tak Ada Komersialisasi Hercules

Ketua DPR Minta Panglima TNI Pastikan Tak Ada Komersialisasi Hercules

Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Kamis, 02 Jul 2015 13:01 WIB
Ketua DPR Minta Panglima TNI Pastikan Tak Ada Komersialisasi Hercules
Jakarta - Ketua DPR RI Setya Novanto meminta Panglima TNI menelusuri dugaan komersialisasi pesawat Hercules yang jatuh di Medan.

Novanto memahami bahwa ada keluarga TNI yang ikut dalam penerbangan tersebut karena pesawat angkut militer dalam keadaan damai bisa diapaki untuk mengangkut prajurit dan keluarganya.

"Pesawat Hercules adalah pesawat angkut militer, dalam kondisi damai bisa digunakan untuk mengangkut pasukan yang pindah tugas, tentu keluarganya juga boleh ikut," kata Novanto kepada wartawan di Gedung DPR, Senaya, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Novanto yakin sekali pengawasan sebelum penerbangan pesawat Hercules tipe C-130 yang jatuh di Medan sudah sangat ketat. Namun demikian tak ada salahnya dilakukan penelusuran agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

"Saya yakin sebelum penerbangan semua sudah dicek ketat, karena ini menyangkut keselamatan penerbangan. Tapi kalau ada di luar itu tentu perlu diselidiki, agar tidak terulang kembali ke depan. Tentu semuanya demi kebaikan dan keselamatan bersama," pungkasnya.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko juga telah memberi penjelasan perihal warga sipil yang naik pesawat Hercules yang khusus militer. Moeldoko menyebut ada kemungkinan oknum yang nakal. Sebenarnya bila anak istri sah-sah saja, tetapi jangan keluarga jauh.

"Nanti kita detailkan. Tapi kalau ada satu dua, kami lihat dengan baik, tidak boleh langsung salah begitu. Kepentingannya apa, apakah masih ada ikatan keluarga dengan salah satu penumpang TNI. Bisa saja itu ada yang nakal bawa keponakan dan sebagainya," jelas Moeldoko di Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Moeldoko mengungkapkan, ada banyak kasus soal penumpang Hercules ini. Dia memberi contoh, misalnya satu keluarga, suaminya ada di Ranai, istrinya pulang ke Jakarta dengan membawa tiga anak. Ketika pulang ke Ranai mereka membawa satu orang pembantu.

"Salah satu fungsi alat angkut juga untuk kesejahteraan anggotanya. Istri kita yang sedang ingin ke Ranai, pulang ke Jakarta, kita izinkan karena pesawat itu sedang kosong," terang dia.

"Umpamanya ada anggota dari Papua ingin cuti beserta keluargnya, itu bahkan dari kesejahteraan. Kalau anggota kita pulang menggunakan pesawat umum, mereka pasti keberatan," katanya. (van/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads