Dikutip dari tni-au.mil.id, Rabu (1/7/2015), prototipe Hercules itu sukses diuji dalam penerbangan yang dipiloti Lockheed Stan Beltz dan kopilot Roy Wimmer. Lalu prototipe YC-130 dikembangkan pertama kali menjadi Hercules versi C-130 A, dan seterusnya menjadi tipe B, E, H dan J.
Saat itu, sepak terjang Hercules memikat tokoh-tokoh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) karena dianggap cocok dengan kondisi Indonesia. Akhirnya, pemerintah Amerika Serikat setuju Indonesia membeli 10 unit pesawat Hercules C-130 B.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Hercules C-130 B, AURI disebut merupakan pengguna pertama di luar Angkatan Udara Amerika Serikat.
Penerbangan Hercules tipe B dari AS ke Indonesia dilakukan oleh Mayor Udara S Tjokroadiredjo sebagai pilot dan Kapten Udara Pribadi sebagai kopilot. Penerbangan dilakukan sejauh lebih dari 13.000 mil dari pabrik Lockheed Martin di Amerika dan mendarat dengan selamat di Bandara Kemayoran.
Dua di antara 10 pesawat C-130 B yang dibeli Indonesia merupakan varian KC-130B atau tanker. Hercules jenis itu mempunyai kemampuan sebagai tangki bensin terbang, mengisi bahan bakar di udara.
Padahal saat itu, AURI belum memiliki pesawat tempur yang memiliki kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Tetapi para pendahulu AURI rupanya telah berpikir lebih jauh ke depan.
Pada tanggal 1 Juni 1960 Menpangau mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 433 tentang pembentukan Skadron percobaan Pesawat Angkut Berat C-130 B Hercules berkedudukan di Airport Kemayoran dan Mayor Udara S Tjokroadiredjo sebagai komandan skadron percobaan. Di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma sedang dipersiapkan sarana/prasarana serta pendukung lain dalam rangka mengoperasikan pesawat C-130 B Hercules.
Tak berapa lama skadron itu menjadi Skadron Udara 31, Pengangkut Berat Jarak Jauh, yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menpangau tanggal 14 April 1961, dengan kekuatan 10 pesawat C-130 B Hercules.
Waktu berlalu dan hingga tahun 1974, TNI AU hanya memiliki 10 Hercules C-130 B di bawah kendali Skadron 31. Setahun berselang, Indonesia mendapat tambahan 3 pesawat C-130 E Hercules dari Amerika Serikat yang digunakan dalam operasi udara selama perang Vietnam.
Memasuki tahun 1980-an ada penambahan pesawat C-130 Hercules dari generasi yang lebih baru sebanyak 12 unit terdiri dari Pesawat Hercules C-130 H (standar), C-130 H-30 (Stretch), L-100-30 Super Hercules, dan C-130 H/MP (Maritime Patrol). Lalu pada tahun 1995 mendapat tambahan perkuatan 5 pesawat C-130 versi L-100 Super Hercules hibah dari Pelita Air Service dan Merpati Nusantara.
Jumlah pesawat Hercules yang cukup banyak itu pun memicu pembentukan satu skadron angkut berat di wilayah timur Indonesia. Maka diputuskanlah untuk menghidupkan kembali Skadron 32 yang telah dibekukan dan ditempatkan di Lanud Abdurahcman Saleh Malang dengan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor: Kep/21/V/1981 tanggal 20 Mei 1981.
Dikutip dari berbagai sumber, pembagian kekuatan udara di kedua skadron itu yaitu enam C-130HS untuk Skuadron Udara 31. Kemudian untuk, Skadron 32 mendapat dua C-130B, dua C-130H, dan dua C-130KC.
Selain itu, ada varian lain Hercules C-130 juga dioperasikan TNI AU yaitu versi sipil Hercules C-130, L-100-30. Kemudian dikonversi ke militer (A-1314) dan C-130HS (A-1341) yang kemudian tergabung dalam Skadron 17 VIP.
Apabila dihitung-hitung, sejauh ini TNI AU telah mengoperasikan hingga 28 unit Hercules C-130 dari berbagai varian. Pada 2013, Indonesia mendapat hibah 4 unit dan membeli murah 5 unit Hercules C-130 dari Australia, sehingga kekuatan Hercules Indonesia akan bertambah menjadi 37 unit. (dhn/nrl)