"Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai tradisi sangat beragam dalam menyambut bulan suci Ramadan," ujar Duta Besar RI di Madrid Yuli Mumpuni Widarso seperti disampaikan kepada detikcom, Selasa (30/6/2015).
Tradisi Ramadan di Indonesia yang begitu kaya ragamnya, beda daerah, beda pula tradisi Ramadannya itu dihadirkan dalam Fiesta de Ramadan di Madrid, Sabtu (27/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan, bahwa mungguhan di daerah asalnya merupakan tradisi makan bersama seluruh anggota keluarga, kerabat dan sahabat, saling bermaafan dan bersukacita menyambut bulan suci Ramadan.
Mungguhan dan Spanyol
Dubes Lang dari Gambia dan beberapa tamu dari korps diplomatik sangat terkesan dengan tradisi mungguhan ini.
"Mungguhan kental dengan semangat sosial dan sangat menarik. Kami kagum bahwa tradisi ini masih terus diperlihara di Indonesia," ujar Dubes Lang.
Jose Luis ketua SpaIndo, grup konsultan bisnis Spanyol-Indonesia, mengaku sangat senang dapat ikut berpartisipasi dalam acara mungguhan ini.
"Tradisi mungguhan ini sangat cocok dengan sifat keluarga Spanyol yang juga dikenal sangat erat ikatan kekeluargaannya," terang Luis.
Pendapat Luis disetujui oleh Rosanna, warga Peru pecinta batik Indonesia yang menikah dengan warga Spanyol Jose Luis Martin. Malam itu mereka hadir sekeluarga.
Keluarga ini mengatakan sangat nyaman berada di tengah keramahan masyarakat Indonesia dan menikmati aneka makanan yang disajikan.
Meugang: Aceh atau Turki?
Sementara Temirkhon Temirzoda dan Ayhan Erik, Direktur dan Manajer Program Dialog Antar Kepercayaan Pusat Kebudayaan Turki Casa Turca di Madrid mengagumi tradisi meugang.
Menurut mereka tradisi meugang juga sama persis dengan tradisi masyarakat Turki dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Di Turki, tradisi tersebut dilakukan dengan santap bersama seluruh kampung sehari menjelang Ramadan dengan menu tunggal daging kambing, sehingga pasar-pasar tradisional pada hari itu ramai karena masyarakat mencari daging kambing untuk 'meugang'.
Mereka juga menaruh perhatian pada arsitektur Masjid Raya Banda Aceh yang fotonya menjadi ilustrasi undangan dan backdrop panggung.
"Arsitektur Masjid Raya Aceh merupakan arsitektur Ottoman Turki," demikian Temirzoda.
Kolak dari Al Khalik
Pada mungguhan di Fiesta de Ramadan disajikan aneka macam menu tradisional Indonesia, antara lain Kolak Biji Salak, Es Cendol, Putu Mayang, Bakwan Malang dengan bakso daging bulat-bulat, Talam Ubi dan Lemper.
Kolak, sebagai takjil konon berasal dari kata Al Kholik, disantap sebagai pembuka puasa dengan bersyukur kepada Al Kholik, yang Maha Pencipta.
Rasa kolak juga dibuat manis karena Nabi Muhammad SAW mencontohkan berbuka dengan makanan manis untuk mengembalikan energi.
Promosi Gastronomi
Fiesta de Ramadan dengan tema utama tradisi mungguhan tersebut merupakan kegiatan promosi warisan budaya kuliner Indonesia, dalam hal ini kuliner tradisi Ramadan.
Pasangan campuran Indonesia-Spanyol Sinta dan Jose Barrios Cardona yang memasak Bakwan Malang merasa bangga karena masakan mereka menjadi favorit para tamu.
"Acara ini sangat menarik, suasananya akrab, sekaligus memberi kesempatan kepada warga Spanyol dan asing yang lainnya untuk mengenal gastronomi Indonesia," demikian Barrios Cardiona.
Β
Suami istri campuran lainnya Jose Luis Morenno dan Sari Lubis juga ikut berperan membuat masakan Sate Padang dengan lontong dan dressing khas dan bertekstur kental itu.
Pada akhir acara, para tamu asing menerima brosur wisata kuliner di Jakarta. Sebelumnya Fiesta de Ramadan dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qurβan oleh Muhammad Hiyar dan tausiah Ramadan oleh Mohammad Risdaya, teknisi senior dari Airbus.
(es/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini