Penambahan waktu itu dilakukan secara sengaja agar waktu di dunia sama dengan waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk berotasi dan mengelilingi matahari. Pengamat informasi dan teknologi, Abimanyu Wachjoewidajat, mengatakan saat ini perputaran bumi semakin pelan dan tidak standar.
Penyisipan satu detik tambahan memicu kekhawatiran sejumlah pihak terkait dunia IT. Namun menurut Abimanyu, kekhawatiran tersebut terlalu berlebihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dosen IT UIN Syarif Hidayatullah ini menjelaskan, fenomena detik kabisat berbeda dengan tahun kabisat. Jika tahun kabisat merupakan penyesuaian, detik kabisat terjadi karena perputaran bumi yang melambat. Hal ini sudah telah terjadi sejak tahun 1972.
"Detik kabisat terjadi setiap 18 bulan sekali. Biasanya kalau nggak 30 Juni ya 31 Desember," ujarnya.
Menurut Abimanyu, fenomena detik kabisat ini tak akan memberikan dampak yang signifikan bagi kalangan manapun. Seperti dunia penerbangan, IT, lomba balap mobil atau motor, hingga dunia medis tak akan terpengaruh atas peristiwa ini.
"Penerbangan kan hitungannya menit, nggak akan sampai berdampak serius. IT, medis, nggak akan terganggu," ujarnya.
Perubahan waktu ini, kata Abimanyu akan berlaku otomatis di setiap mesin penyetel waktu yang sudah canggih, seperti di ponsel dan beberapa jam tangan yang telah dilengkapi fasilitas tersebut. Namun ada juga ponsel yang belum dilengkapi fasilitas ini.
"Itu tergantung masing-masing perangkat yang bersangkutan. Kalau yang canggih, sudah mencantumkan. Kalau yang belum ya harus disesuaikan," ujarnya.
(khf/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini