Dibangun pada tahun 1966, masjid ini terletak di tengah kampung basis PKI pada saat itu. Sejumlah intimidasi dari warga sekitar tak bisa dihindari.
"Memang di sini (saat itu) sedikit anomali. Karena di wilayah selatan itu Krapyak Kulon dan Krapyak Wetan wilayahnya Nahdliyin. Kalau timur ada Karangkajen yang Muhammadiyah. Sedangkan di sini dulu basis PKI," ujar salah seorang pengurus masjid di bidang kesekretariatan Masjid Jogokariyan, Enggar Haryo Panggalih (27).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai tahun 1966-1967, masih sangat terasa sekali ke-PKI-annya," imbuhnya.
Galih menceritakan, di masa awal dakwah masjid ini menyasar anak-anak kecil. Pengajian untuk anak-anak diadakan di masjid ini.
Berdasarkan cerita para orang tua yang menghabiskan masa kecilnya di masjid ini, kata Galih, mereka kerap mendapat intimidasi dari warga yang merupakan aktivis PKI.
"Kalau mau ke masjid, anjingnya (milik warga) dilepas, kalau sedang salat tarawih dikasih mercon (petasan)," ujar Galih.
Namun para jamaah memantapkan perjalanannya hingga saat ini untuk terus memakmurkan masjid. Para mantan aktivis PKI kini banyak yang menjadi jamaah yang rutin meramaikan masjid. Bahkan, Galih menuturkan, jamaah yang telah sepuh yang dulunya merupakan aktivis PKI itu kini begitu rajin ke masjid.
"Semangat beliau-beliau ke masjid mengalahkan kami yang muda-muda," kata Galih.
(sip/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini