Berbincang dengan detikcom, Jumat (19/6/2015), Beiby berkisah ada ratusan orang yang telah merasakan hangatnya rumah singgah Sanggar Kolintang Bapontar. Ada yang 'lulus' menjadi sopir, pengepul barang pemulung, dan bertobat untuk tidak melakukan tindak kriminal.
"Saya sudah lupa mereka jadi apa saja. Kalau diingat-ingat malah bisa bisa bikin sakit hati," kata Beiby.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dengan suami berkomitmen, kalau menolong orang maka kita harus lupa. Kalau tidak, nanti mereka menjadi orang berhasil dan tidak melihat kita lagi, lantas kita sakit hati," tutur Beiby santai.
Di antara ratusan orang alumni Sanggar, ada saja yang bersikap tak acuh kepada Beiby. Namun sikap-sikap itu tak menyurutkan keikhlasan Beiby. Karena hanya itulah motivasi Beiby, yakni keikhlasan membantu.
"Motivasinya memang harus ikhlas menolong sesama. Kesabaran, pengorbanan bukan hanya perasaan, tapi juga uang kecil-kecil, juga pikiran. Itu jalan hidup," tuturnya.
Melihat pengorbanan yang diperlukan, lalu faktor apa yang melatarbelakangi Beiby untuk menolong begitu banyak orang? Beiby menjelaskan sebabnya, yakni nasihat Sang Ayah dahulu kala.
"Ayah saya berpesan, kalau bisa menolong orang, maka tolonglah. Jangan memeras, kalau memakai tenaga orang maka harus membayar. Bekerja harus jujur," kata dia.
Perkataan ayahnya terngiang-ngiang terus sampai dewasa dan mendorongnya untuk menolong orang. Juga sebagai Umat Kristiani, dia memegang teguh ajaran kasih.
Untuk dana dan pembiayaan, dia menyatakan sebagian besar berasal dari kocek pribadi. Bila ada donatur yang memberi, itu tidak seberapa.
"Ah, itu dari Tuhan. Saya memakai uang seadanya, tapi pasi ada saja. Tidak ada yang mustahil di mata Allah, seperti Yesus punya lima roti tapi bisa dimakan lima ribu orang," kata Beiby.
Beiby dibantu suaminya yang karyawan swasta untuk menjalankan misi sosial ini. Beiby sendiri sudah secara total terjun ke aktivitas sosial ini sejak 1994, tanpa pekerjaan sampingan lain.
(dnu/bag)