Program observasi bumi milik Eropa, "Copernicus", membuat kemajuan lebih lanjut dalam menanggulangi bencana lingkungan, meningkatkan penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan serta merespon situasi darurat.
Setahun setelah sukses peluncuran satelit Copernicus pertama ("Sentinel 1"), satelit kedua ("Sentinel 2") telah berhasil dikirim ke orbit dari Pangkalan Antaraksa Eropa di Guyana Perancis pada Selasa 23 Juni pukul 03:52 CET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bienkowska, ketersediaan data observasi satelit yang penuh, bebas dan terbuka telah memungkinkan pengusaha yang inovatif untuk membuat aplikasi dan layanan baru di Eropa.
"Arus data terbuka dan bebas saat ini telah menciptakan pasar untuk produk dan layanan satelit, menyediakan pekerjaan berkualifikasi tinggi, dengan dampak limpahan lintas ekonomi," imbuh Komisioner Eropa asal Polandia ini.
Peluncuran satelit Sentinel 2 dinilai sebagai buah dari keunggulan teknologi dan industri Eropa dan membawa Eropa lebih lanjut dalam jalan menuju standar dunia baru untuk data observasi bumi.
Disebutkan, penambahan satelit kedua akan memungkinkan program Copernicus untuk menyediakan gambar perubahan daratan bumi dengan detail dan akurasi tingkat tinggi.
Warga dan bisnis memiliki akses gratis, penuh dan terbuka untuk data Copernicus, yang dapat digunakan untuk mengelola dan melindungi lingkungan dan sumber daya alam, mengatasi perubahan iklim, dan menjamin keamanan masyarakat.
Datanya dapat membantu petani dalam memantau perubahan tanaman dan biakan selama musim tanam, juga dapat membantu dalam menanggapi situasi darurat, kecelakaan buatan manusia atau bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
"Pada gempa di Nepal baru-baru ini, kombinasi gambar yang diperoleh sebelum dan sesudah gempa oleh satelit Copernicus telah membantu upaya bantuan setempat untuk mengarahkan sumber daya mereka," pungkas Bienkowska. (es/ega)