Hanny Kristianto: Mualaf ini Bingung Nggak Ada yang Ngajari, Bantulah

Ramadan 2015

Hanny Kristianto: Mualaf ini Bingung Nggak Ada yang Ngajari, Bantulah

Salmah Muslimah - detikNews
Selasa, 23 Jun 2015 15:09 WIB
Hanny Kristianto (kiri) bersama Ustad Arifin Ilham (dokumen pribadi)
Jakarta - Perjuangan para mualaf untuk memeluk agama Islam bukan hanya sebelum dia bersyahadat, justru perjuangan sebenarnya adalah setelah dua kalimat itu diucapkan. Para penerima hidayah Allah itu butuh bimbingan agar bisa mempelajari Islam secara menyeluruh.

"Mualaf ini bingung, kita ini masuk Islam nggak ada yang ngajarin, saya 2 tahun ini masuk Islam nggak ada yang ngajarin salat, adab. Padahal nomor satu dalam Islam yang terpenting adalah adab, itu harus banyak dipelajari. Belajar Iqra dan salat itu semua belajar dari Youtube," kata Hanny Kristianto saat berbincang dengan detikcom di Shan'a Arabian Resto, Ruko City Walk, Cibubur, Rabu (17/6/2015).

Dia berharap umat muslim bahu membahu membantu para mualaf yang memang banyak membutuhkan bimbingan. Apalagi di bulan Ramadan ini banyak mualaf yang baru pertama kali menjalani puasanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harapan para mualaf adalah ayo muslim bersatu. Allah izinkan mualaf di Indonesia dengan penduduk Islamnya terbesar di dunia, ayo (bantu) mualaf-mualaf yang mendapat hidayah. Hidayah itu akan hilang dan belok kalau tidak dipelihara, karena ketidakpahamannya akan ilmu," kata Hanny yang menjadi mualaf pada 28 Februari 2013 itu.

Hanny juga menyoroti kondisi mualaf yang sebenarnya masuk dalam salah satu dari 8 asnaf yakni golongan penerima zakat. Menurutnya banyak mualaf yang memerlukan bantuan, mereka ada yang kehilangan tempat tinggal dan sebagainya. Dia berharap pemerintah dan umat muslim lainnya lebih peduli pada mualaf.

"Mualaf ini kan salah satu penerima zakat tapi jarang mendapatkan haknya. Padahal banyak mereka yang betul-betul membutuhkan," ucapnya.

Bersama dengan rekannya Hanny tergabung dalam Mualaf Center Indonesia yang memiliki tujuan membantu para mualaf Indonesia, lembaga berbadan hukum itu melindungi para mualaf.

"Alhamdulillah semua yang terlibat di dalamnya sudah berikrar bahwa kita akan mengorbankan jiwa, harta dan bahkan nyawa kita untuk dienul Islam ini, untuk saudara kita yang sungguh-sungguh mau masuk Islam," katanya.

"Alhamdulillah kita selama ini menjalani kerjasama dengan beberapa pesantren. Alhamdulillah Ustad Arifin Ilham bersedia membimbing mualaf se-Indonesia dan mendirikan Mualaf Center Azzikra. Kita bersyukur sekali beliau mau memberikan perhatiannya pada mualaf, jadi mualaf yang perlu bantuan, perlu pembelajaran baca Alquran silahkan hubungi," tambahnya.

Hanny mengatakan bagi calon mualaf yang masih bingung dan ingin tahu tentang Islam bisa bersilaturahmi dengan MCI. Semua pengurus dengan senang hati akan membantu semampu mereka.

"Imbauan kita ayo dong lebih perhatian lagi sama mualaf. Coba bayangkan jika mualaf-mualaf ini tidak dibina, bukankah itu tanggungjawab umat juga, tanggungjawab ulama terhadap Allah. Setiap hari Allah tambahkan orang yang mendapat hidayah, mereka butuh bimbingan untuk bisa salat, bisa ngaji, sunat, untuk bisa menanamkan Alquran dari dalam jiwanya. Mualaf-mualaf butuh seperti itu," tutupnya.

Menurut Hanny selama dia menjalankan amanah sebagai Sekjen MCI, dia menemukan ada sejumlah masjid di Jakarta yang meminta dana kepada calon mualaf. Dia menyayangkan hal tersebut, seharusnya orang yang ingin masuk Islam diberi kemudahan, bukannya dipersulit.

"Selama ini ada orang mau syahadat disuruh bayar, syahadat suruh bayar Rp 3 juta; Rp 3,5 juta saya nggak perlu sebutkan masjidnya. Saya menemukan ada 3 masjid seperti itu," katanya.

"Padahal hidayah itu mahal, jangan disuruh bayar. Di Mualaf Center Indonesia tidak ada bayar syahadat, bahkan Anda diajari salat, ngaji sampai bisa tanpa harus membayar. Karena kalau kita mengajari orang baca Iqra sampai bisa baca Alquran, dia amalkan, bukankah pahalanya mengalir kalaupun kita sudah mati, kenapa harus bayar?" tambahnya.
Halaman 2 dari 1
(nwk/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads