.webp)
"Saya beli buku tentang salat, saya ikuti. Bukunya saya sobek-sobek terus saya tempel di tembok, jadi kalau baca Al-Fatihah sambil liat ke depan," cerita Hanny saat berbincang dengan detikcom di Shan'a Arabian Resto, Ruko City Walk, Cibubur, Rabu (17/6/2015).
Mualaf yang mengucap syahadat pada 28 Februari 2013 di suatu masjid di Mojokerto ini harus memulai semuanya dari awal. Sebab dia tidak pernah belajar salat dan mengaji sebelumnya, pria berusia 40 tahun itu besar dalam lingkungan keluarga yang taat dalam keyakinannya terdahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain buku, video di Youtube juga menjadi media bagi Hanny untuk bisa belajar salat. Video itu dipelajari Hanny untuk mengatahui bacaan salat secara benar.
"Karena bacanya (salat lihat buku) nggak benar akhirnya saya ambil Youtube. Kan kalau Youtube banyak, saya taruh di lantai, jadi kalau salat sambil nunduk," jelas Sekjen Mualaf Center Indonesia ini.
Dalam waktu seminggu, Hanny sudah bisa salat tanpa melihat buku dan lepas dari Youtube. Ada cerita menggelikan ketika dia salat berjamaah di masjid. Saat itu dia yang belum tahu gerakan salat sempat salah gerakan hingga mendahului imam.
"Saya suka takut ke masjid soalnya dulu orang pada rukuk saya sujud sendiri. Orang qunut saya sujud, saya terburu-buru saking semangatnya sujud duluan," kenangnya sambil tertawa.
"Tapi akhirnya belajar dan sering-sering ke masjid. Saya paling sering salat persis di belakang imam biar kedengaran. Saya sempat bingung kok habis Al-Fatihah bacaannya beda, wah ini aneh, saya kira alirannya beda-beda. Dulu nggak tahu, saya tanya ke teman, terus kata teman itu surat pendek hehehe," tambahnya.
Selain salat, Hanny juga belajar Alquran melalui media digital. Melalui aplikasi di HP dia bisa mengenal huruf Arab dan mengaji dalam waktu satu bulan.
"Belajar sendiri, ada aplikasi di HP. Sekitar satu bulan saya belajar baca meksi belum lancar yah," katanya.
Halaman 2 dari 1
