"Saya mau ucap syahadat sama ustad yang saya kenal, dimintai uang Rp 80 juta. Katanya buat bikin satu acara untuk syahadat saya," cerita Hanny saat berbincang dengan detikcom di Shan'a Arabian Resto, Ruko City Walk, Cibubur, Rabu (17/6/2015).
Oknum ustad saat itu menjanjikan jika dana acara pengajian sekalian pengucapan syahadat Hanny akan diganti Pemprov dan Pemda. Hanny akan dihadirkan di pengajian tersebut dan semua jamaah akan mendoakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanny berasal dari lingkungan non-muslim yang taat. Pengalaman dimintai uang Rp 80 juta itu membuat resistensi lingkungannya semakin besar, cibiran lantas diterimanya.
Namun pengalaman itu tidak membuat niat Hanny surut untuk menjadi mualaf. Dia yakin agama yang dipilihnya memberikan ketenangan dan dia rela kehilangan semuanya. Akhirnya Hanny mengucapkan syahadat di sebuah masjid di Mojokerto pada 28 Februari 2013.
Setelah menjadi mualaf, tantangan tidak berhenti begitu saja. Hanny bahkan menerima ancaman.
"Saat mualaf saya sudah bekerja di Kalimantan dan teman saya ingin supaya saya hancur. Saya sempat mendapat ancaman mau dibunuh," kenang dia.
Saat itu ada sembilan orang mendatangi rumah Hanny. Tujuannya adalah untuk menghabisi nyawa pria beranak dua itu.
"Mereka akhirnya tidak jadi membunuh saya karena sembilan orang itu teman saya juga," kenang Hanny.
Selain ancaman pembunuhan di Kalimantan waktu itu, baru-baru ini Sekjen Mualaf Center Indonesia (MCI) ini juga mendapat ancaman yang sama karena dia dianggap sebagai penganggu.
Namun semua itu tidak mengahalangi Hanny untuk berdakwah. Dengan mengharap rida Allah SWT semata, Hanny dan keluarga kecilnya tetap konsisten dalam Islam, agama yang membuat hatinya tenang.
"Mudah-mudahan didoakan dan ridai sampai saya mati, harapan terbaik menjadi seorang muslim. Islam memiliki harapan kepada pemeluknya adalah mendapat pertolongan Allah dan rida Allah," tutupnya. (nwk/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini