"Pak guru membawa saya ke puskesmas. Dari puskesmas dirujuk ke Bangil (RSUD Bangil) lalu ke Malang (RSSA)," kata Masnia di rumahnya Dusun Pasinan Desa/Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan, Senin(22/6/2015).
Meski tengah sakit, Masnia berusaha menjawab pertanyaan wartawan. Sesekali ia tersenyum, namun sedetik kemudian senyumnya terkikis kesedihan. Saat ditanya siapa guru 'robin hood' yang mengorbankan waktu dan tenaga demi menolong dirinya, Masnia tak berkenan menjawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai di sana harus antri. Kami menginap di rumah saudara," tutur Masnia.
Sampai akhirnya ia mendapat giliran pemeriksaan. Ia dan keluarga mengaku sangat syok saat dokter mengatakan ia mengidap kanker otak dan harus menjalani operasi. Namun, Masnia dan keluarganya tak pernah mendapat kepastian kapan dan berapa biaya operasi. Ia hanya diminta untuk rutin melakukan check up.
"Katanya dokternya ke Jerman. Saya diminta rutin check up," kenang Masnia.
Sejak saat itu, Masnia rajin pulang pergi dari Pasuruan ke Malang untuk check up dan perawatan. Tak jarang ia diminta pulang dan kembali esok hari karena terlambat.
"Kalau telat suruh balik besoknya. Saya menjalani pulang pergi ke Malang selama setahun, namun soal operasi itu nggak pernah dibicarakan," pungkas Masnia. (imk/imk)











































