7 Monumen di Surabaya Pemikat Turis, Bisa Jadi Arena Selfie

Revolusi Kota

7 Monumen di Surabaya Pemikat Turis, Bisa Jadi Arena Selfie

Sri Anindiati Nursastri, Zainal Effendi - detikNews
Senin, 22 Jun 2015 18:51 WIB
(Foto: Budi Sugiharto/detikcom)
Surabaya - Bicara Kota Surabaya, orang pasti tertuju monumen buaya dan hiu di depan Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang jadi ikon kota yang dipimpin Tri Rismaharini ini.

Namun, setidaknya masih ada monumen lain yang memiliki cerita sejarah dan telah melegenda. Ambil contoh 7 monumen yang tidak patut dilupakan begitu saja. Inilah 7 monumen yang memiliki cerita sejarah yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Monumen Kapal Selam

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wisatawan pasti heran, di tengah Kota Surabaya terdapat sebuah kapal selam tua yang merupakan monumen sekaligus museum. Monumen Kapal Selam, disingkat Monkasel, berlokasi di Jalan Pemuda, di bantaran Kalimas Surabaya.

Ini adalah salah satu armada Angkatan Laut RI buatan Uni Soviet tahun 1952, namanya KRI Pasopati 410. Dulu ini adalah salah satu kendaraan perang andalan, yang pernah terlibat dalam Pertempuran Laut Aru untuk pembebasan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

KRI Pasopati 410 merupakan salah satu dari sekian banyak Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AL. Kapal selam ini dinonaktifkan tahun 1990, kemudian berubah fungsi menjadi monumen sekaligus museum. Wisatawan bisa menjelajah 7 ruangan di kapal selam ini, termasuk Ruang Luncur Torpedo lengkap dengan periskopnya.

2. Monumen Bambu Runcing

Monumen ini berlokasi di Jalan Jendral Panglima Sudirman, tepat di jantung Kota Surabaya. Warga Indonesia pasti tahu, bambu runcing adalah senjata tradisional yang digunakan saat pertempuran melawan Belanda. Bambu runcing juga jadi salah satu simbol kepahlawanan.

Monumen inilah salah satu bukti kalau Surabaya adalah Kota Pahlawan, mengingat pertempuran sengit pada 10 November 1945. Ada 5 pilar berbentuk bambu runcing, dengan tinggi berbeda pada masing-masing pilar. Pada waktu tertentu, air mengalir dari pilar tersebut layaknya air mancur.

Monumen Bambu Runcing dikelilingi taman kecil yang dipenuhi tanaman. Karena terletak di jantung kota, wisatawan pasti dengan mudah menangkap wujudnya.

Pemandangan jika malam makin eksotis karena hiasan lampu aneka warnanya.

3. Monumen Gubernur Suryo

"Berulang kali kami telah diberitahu bahwa lebih baik jatuh berkeping-keping daripada dijajah lagi. Dan sekarang dalam menghadapi ultimatum Inggris, kita akan berpegang teguh untuk menolak ultimatum."

Begitulah kalimat yang tertera dalam prasasti Monumen Gubernur Suryo. Nama aslinya adalah Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Dialah Gubernur Jawa Timur pertama, menjabat dari tahun 1945-1948. Ia dibunuh saat pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.

Monumen Gubernur Suryo berlokasi di Kompleks Taman Apsari, persis di depan Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo. Monumennya berbentuk patung figur sang mantan Gubernur dalam posisi berdiri.

Prasasti dengan kalimat seperti disebut sebelumnya terletak persis di bawahnya.

Kalimat itu ditulis tanggal 9 November 1945 pukul 23.00 WIB di Nirom Broadcast, Jalan Embong Malang Surabaya, yang sekarang menjadi Hotel JW Marriott. Selain sebagai simbol kepahlawanan Gubernur Suryo, taman di sekitar monumen ini biasa dijadikan tempat nongkrong arek-arek Suroboyo.

Lapangan di belakang patung yang sebelumnya di masa kemarau selalu bertebaran debu kini tidak lagi. Pemkot Surabaya sudah menyulapnya dengan menjadi arena futsal yang cukup wah. Setiap sore dan malam, banyak anak-anak yang memanfaatkan lapangan futsal gratis itu.

4. Monumen Jenderal Sudirman

Berhadapan dengan Monumen Bambu Runcing terdapat Monumen Jenderal Sudirman. Siapa pula yang tak kenal Panglima Jenderal Soedirman sebagai salah satu pembela tanah air?

Di Surabaya, monumen ini berlokasi di Jl Yos Sudarso, atau 100 meter di depan Balai Kota Surabaya. Tampak figur sang Jenderal sedang berdiri tegap, tangan di kedua sisi tubuhnya.

Di sekitar monumen ini, telah dibangun taman yang cukup asri. Setiap sore di akhir pekan dimanfaatkan warga untuk bersantai bersama keluarga.

Inilah simbol perjuangan Panglima Jenderal Sudirman dalam mempertahankan Tanah Air.

5. Monumen Jalesveva Jayamahe

Jalesveva Jayamahe, nama yang unik untuk sebuah monumen. Dua kata tersebut merupakan semboyan TNI AL, yang artinya 'Di Laut Kita Berjaya'. Tak tanggung-tanggung, monumen ini setinggi 30,6 meter ditopang dengan bangunan setinggi 30 meter.

Patung di atasnya menggambarkan seorang perwira Angkatan Laut RI lengkap dengan pedang kehormatannya, berdiri tegap menghadap Pelabuhan Tanjung Perak. Sangat menggambarkan keberanian dan kegagahan para perwira dalam menantang gelombang dan badai di laut lepas, serta mempertahankan wilayah NKRI.

Monumen ini dibuat oleh Nyoman Nuarta, yang juga membuat patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Monumen Jalesveva Jayamahe juga berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak.

6. Monumen Tugu Pahlawan

Persis berada di depan Kantor Gubernur Jatim, monumen Tugu Pahlawan dibangun di era Presiden Sukarno. Monumen ini setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik.

Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, saat itu arek-arek Suroboyo berjuang melawan pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.

Pada tahun 1991-1996 dilakukan pembenahan kawasan Tugu Pahlawan dan Museum Perjuangan 10 November Surabaya yang dipimpin oleh arsitek Ir. Sugeng Gunadi, MLA dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Di bawah tanah lahan Tugu Pahlawan sedalam 7 meter terdapat sebuah museum untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang berjuang di Surabaya, di museum ini juga terdapat foto-foto dokumentasi pembangunan Tugu Pahlawan. Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid.

Di gerbang masuk juga dibangun monumen proklamator. Patung dwi tunggal Soekarno-M Hatta dalam posisi sedang membaca teks proklamasi berdiri gagah.

7. Monumen Karapan Sapi

Meski ikon Madura, namun entah mengapa dibangun Monumen Karapan Sapi di pusat kota Surabaya. Lokasinya di tikungan Jalan Panglima Sudirman menuju ke Jalan Basuki Rachmat.

Berbentuk replika karapan sapi yang sedang dipacu oleh seorang penunggang itu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1990. Monumen ini terbuat dari tembaga dan semen serta dibuat oleh pematung I Nyoman Nuarta.

Tak sedikit warga kota maupun wisatawan yang kerap berfoto ria atau foto selfie di monumen yang dikepung dengan gedung-gedung modern ini.
Halaman 2 dari 3
(ze/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads