Melihat Kincir Angin, Teknologi Kuno Legendaris Pemindah Air dari Belanda

Laporan dari Belanda

Melihat Kincir Angin, Teknologi Kuno Legendaris Pemindah Air dari Belanda

Fajar Pratama - detikNews
Jumat, 19 Jun 2015 06:43 WIB
Rotterdam - Belanda mendapatkan julukan Negeri Kincir Angin karena di masa lalu menggunakan kincir sebagai alat untuk memindahkan genangan air. Begini kondisi kincir-kincir itu di masa kini.

Terdapat sejumlah lokasi kincir-kincir angin di Belanda. Jumlah kincir angin terbesar berada di desa Kinderkijk yang ada di sebelah 15 kilometer sebelah timur Rotterdam.

Terdapat 19 kincir angin yang masih berdiri kokoh di area persawahan. Kincir-kincir ini dibuat sekitar tahun 1740 dan masuk dalam warisan budaya dunia serta diakui Unesco sejak 1997.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dulunya, kincir ini dibangun untuk memindahkan air dari area persawahan ke sungai. Dengan teknologi seperti pada arloji, roda horisontal yang digerakkan angin memicu gerakan vertikal pada roda di dalam bangunan kincir. Kemudian diubah ke gerakan horisontal lagi di bagian bawah untuk memindahkan air. Dengan cara ini proses pemindahan air tidak memerlukan tenaga manusia.

Ide untuk membuat kincir itu dipicu adanya banjir di kawasan Alblasserwaard yang tak jauh dari Kinderkijk. Berbagai cara dilakukan, mulai dari pengerukan sungai hingga akhirnya tercetus gagasan untuk membuat kincir.

Pembuatan kincir ini saat itu dianggap menguntungkan karena angin di kawasan belanda cukup kencang dibanding daerah lainnya. Tenaga angin mampu menggerakkan kincir berukuran besar sekalipun.

Dan memang benar adanya, angin di kawasan Kinderkijk memang cukup kencang. Pada Kamis (18/6/2015) siang, angin berhembus deras sekaligus meniupkan suhu dingin meski cuaca pada saat itu terbilang terik.

Kawasan Kinjerkijk ini kini dijadikan tempat wisata. Lokasi kincir-kincir ini dari jalan raya cukup jauh, sekitar dua sampai tiga kilometer. Pengunjung bisa menyewa sepeda dengan tarif 2,5 euro per jam.

Dengan mengayuh sepeda, pengunjung menyusuri jalan kecil yang berada di samping kanal. Kanal saluran air itulah yang dijadikan tempat pembuangan air yang menggenangi area sawah.

Dari 19 kincir itu, hanya dua yang berputar. Sisanya, tak bergerak meski angin bertiup kencang. Terlihat ada sejumlah orang memanjat ke atas dan melakukan perbaikan pada bagian atas kincir-kincir ini.

"Sedang ada perbaikan," kata seorang penjaga loket.

Untuk masuk ke area Kinderkijk memang gratis. Namun untuk masuk ke dalam bangunan kincir dipungut biaya 2 euro.

Berbekal uang sebesar 2 euro itu, pengunjung dapat melihat isi tiap-tiap lantai bangunan kincir angin. Di lantai pertama dijadikan tempat penyimpanan peralatan tukang dan tungku untuk memasak.

Di lantai dua, terdapat dua buah tempat tidur. Di lantai inilah keluarga pengelola kincir angin pada zaman dahulu beristirahat.

Sedangkan di lantai tiga, terdapat roda penggerak yang memindahkan energi dari kincir ke semacam jarum raksasa yang berputar karena gerakan kincir. Di lantai tiga inilah kunci gerakan kincir tersebut.

Keberadaan kincir angin ini kini tentu saja sudah tergantikan mesin pompa raksasa yang setiap waktu bisa menyedot air berlebih di area Kinderkijk. Namun tetap utuhnya kincir-kincir itu setidaknya bisa menjadi pengingat betapa hebatnya teknologi yang digunakan orang Belanda dalam melakukan manajemen pengaturan air. (faj/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads