Menikmati Ramadan Pertama di Masjid yang Bak Terpenjara di Cipete

Menikmati Ramadan Pertama di Masjid yang Bak Terpenjara di Cipete

Idham Khalid - detikNews
Kamis, 18 Jun 2015 19:12 WIB
Jakarta - Suasana aktivitas ibadah tampak khusyuk dengan lantunan ayat suci Al-quran dari para jamaah masjid Al-Futuwwah, Cipete Utara, Jakarta Selatan sore tadi. Mereka tetap khusyuk dan seolah tak terganggu dalam mengisi senja hari pertama bulan Ramadhan di tengah permasalahan yang sedang terjadi di kawasan itu.

Enam santri perempuan yayasan Yatim PiatuΒ dan Dhuafa Al-futuwwah mengaji dan berdiskusi di pelataran masjid, Kamis (18/6/2015) sekitar pukul 15.50 WIB. Sementara di bagian dalam masjid, sekitar tujuh jamaah pria juga bertadarus Al-quran. Dua anak lelaki sedang belajar mengaji dengan salah satu pengurus masjid.

Masjid Al Futuwwah menjadi perbincangan hangat setelah seorang anggota DPD asal DKI Fahira Idris yang berkicau dan bercerita tentang Masjid Al Futuwwah yang disebutnya β€˜Gaza di Jakarta’. Soal masjid ini pun sempat ramai dibincangkan di media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pengamatan detikcom, hanya ada satu akses jalan menuju masjid itu, yaitu dari Jalan Pelita (dulunya bernama Jalan Abdul Majid). Sedangkan akses jalan yang terdapat di sisi barat telah ditutup dan pasang pecahan kaca di atas temboknya.

Alhasil, tembok pihak pengembang pun mengelilingi kawasan itu dengan hanya satu akses dari jalan selebar 1.5 meter dari jalan raya untuk masuk ke area masjid.

Direktur PT Fim Jasa Ekatama, Ichsan Thalib selaku pihak pengembang membantah telah menutup akses jalan sisi barat Masjid Al-Futuwwah. Menurutnya, yang menutup jalan itu merupakan seorang warga bernama Mates.

"Bukan pihak kita yang menutup. Itu Pak Mates (yang menutup). Jalan yang di belakang itu urusan Pak Mates dan Pak Sani, itu ada urusan internal. Mungkin Pak Sani nganggap saya 'nyuruh' Pak Mates, padahal tidak," kata Ichsan saat dihubungi detikcom sekitar pukul 14.15 WIB.

Bahkan menurutnya, jalan selebar 1.5 meter di bagian depan itu bukanlah kesepakatan antara pengembang dengan masjid. Tapi Ichsan selalu direktur lah yang menyumbangkannya.

Tak berselang lama, masih sebelum masuk waktu salah ashar, keponakan Ichsan Thalib yang bernama Ridwan Thalib tampak berada di area itu. Dia bersama warga bernama Mates dan Ketua RT setempat, Djamal.

"(Jalan depan) kesepakatannya 1.5 meter, di kantor wali kota Jaksel tahun 2014. Di belakang 1.5 meter kita kasih juga buat jalan," kata Ridwan saat berbincang.

Awalnya, Ridwan mengaku bahwa dia tak menutup akses jalan yang di belakang itu dan bertanya ke Ketua RT, Djamal. Lalu pria bernama Mates mengaku bahwa dia yang menutupnya.

Namun seiring obrolan berjalan, Ridwan justru mengaku tidak tahu kalau jalan di belakang atau sisi barat itu telah ditutup. "Oh udah nutup ya, nggak tahu saya," ujarnya.

"Tadinya saya berpikir, kalau saya sudah kasih di depan, yang dari sini (warga di samping kiri tembok) lewat depan, yang sana lewat belakang, nah gua baru tahu yang belakang ditutup. Pak Mates tutup kenapa? Saya nggak tahu nih,” sambungnya.

Detikcom pun bertanya ke Mates soal alasan kenapa dia menutup jalan tersebut dengan memasang tembok yang disertai pecahan kaca.

"Kan saya jual tanah di situ, karena pimpinan masjid ini, tadinya kita perjanjian ikut jual, kan nggak jual, saya jadiiin satu memonya, ini lain ini lain, pada akhirnya saya nggak dilunasi sama PT ini, makanya saya tutup karena uang saya nggak dilunasin," ujarnya.

"Jadi saya sebenarnya urusan sama dia (pimpinan masjid), bukan sama pengembang," sambungnya.

Di balik tembok belakang tampak deretan rumah warga. Menurut Mates, awalnya di situ tidak ada jalan yang menuju ke perumahan. Jalan sisi barat yang ditutupnya itu hanya untuk beberapa rumah.

"Tadinya emang nggak ada jalan, makanya saya tutup," ucapnya.

Pemimpin Ponpes Al-Futuwwah Muhammad Sanwani Naim mengatakan, awalnya ada jalan yang menghubungkan masjid ke perumahan warga yang sebagian besar merupakan jamaah dari warga pemulung. Namun jalan karena telah menjadi milik pengembang dan di kelilingi tembok, akhirnya dibangun jalan di luar tembok (sisi barat masjid) sebagai kompensasi atas penutupan jalan tersebut. Namun jalan itu kini telah ditutup.

"Pakai beling lagi nutupnya," paparnya.

Sanwani menerangkan, pihak masjid dan pengembang telah melakukan mediasi pada tahun 2014 lalu di kantor Walikota Jaksel. Saat itu, pertemuan dipimpin oleh Wakil Wali Lota kala itu, Tri Djoko, dan didapat kesepakatan berupa jalan selebar 3 meter dan tidak boleh ada pagar yang menghalangi masyarakat ke masjid.

Menurut Sanwani, dia sempat meminta kepada Tri Djoko salinan notulensi hasil pertemuan, namun Eks Wakil Wali Kota itu tak memberikannya dan meminta Sanwani untuk percaya kepada Tri Djoko.

"Kamu masak nggak percaya sama saya? Saya mau lihat itikad pengembang. Saya jaminan," ujar Sanwani menirukan ucapa Tri Djoko kala itu.

Namun menurut Sanwani, praktik yang terjadi di lapangan justru berbeda. Dia juga pernah mengajukan kembali ke pihak Wali Kota mengenai kesepakatan tersebut, tapi permasalahan belum usai hingga kini kembali menjadi perbincangan hangat.

Dia akhir perbincangan detikcom dengan Sanwani, dua orang petugas Satpol PP datang ke masjid mengantarkan surat yang di tandatangan Lurah Budi Santoso. Surat tersebut berisi undangan pertemuan yang akan digelar di kantor kelurahan Cipete Utara, besok, Jumat (19/6).

Ada enam orang yang diundang di surat itu. Ketua RT 09, Ketua RW 004, Sanwani Naim, Mates serta Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Cipete Utara.

"Ditinggalin lagi nggak nih besok, karena Jumat kemarin (12/6) juga ada surat undangan dari lurah untuk pertemuan, tapi pas saya datang, dia (lurah) nggak ada, diwakilin sama Asisten Kasie Pemerintahan, Namanya Amin," pungkasnya sambil menunjukkan dua buah surat tersebut.

"Masjid ini nggak akan dijual, walaupun semua jalan ditutup dan kita harus lewat kali (sejenis got disamping masjid yang mengarah ke jalan raya), kita sudah siap pakai sepatu boat," tegasnya. (idh/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads