"Saya ngopy paste surat saya di grup angkatan sekitar pukul 14.00 WIB siang, malamnya pukul 19.00 WIB ada ratusan pesan masuk ke HP," ujar Tsaqif.
Hal ini disampaikan Tsaqif kepada detikcom saat ditemui di rumahnya, di Sleman, Rabu (17/6/2015). Tsaqif mengaku tak membahas satupun pesan itu karena berisi ancaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya langsung matikan HP, 5 harian. Lalu pas saya buka lagi, ada 900 pesan masuk ada di Whatsapp, Line dan SMS, langsung hang HP saya" imbuhnya sambil tersenyum lebar.
Tsaqif tak tahu dari mana mereka mendapatkan nomor dan ID-nya. Bermacam ancaman diperolehnya mulai dari sekedar cemooh hingga ancaman lemparan bom molotov.
Ratusan pengirim, kata Tsaqif kebanyakan dari luar Yogyakarta dengan bahasa daerah yang bermacam-macam pula.
"Saya tidak merasa tertekan. Karena Bapak saya bilang saya benar di mata hukum dan agama," kata Tsaqif.
Berbeda dengan sang ayah, ibu Tsaqif saat itu menunjukkan kekhawatiran lebih besar. Tsaqif dilarang keluar rumah hingga seminggu. Tamu-tamu yang akan menemui Tsaqif juga dibatasi.
Sedangkan pihak sekolah juga sangat mendukung sikap Tsaqif. Setelah Tsaqif banyak diberitakan, guru BK SMAN 3 Yogyakarta datang ke rumahnya.
"Guru bilang kalau seminggu ini saya nggak usah ke sekolah dulu. Urusan administrasi kelulusan atas nama saya diurus guru," tuturnya.
Tak hanya itu, dukungan juga datang dari teman angkatan dan adik kelasnya. Bahkan alumni SMAN 3 Yogyakarta juga datang ke rumahnya
"Kalau sekolah juga sangat mendukung saya. Ada yang bawa bunga, cokelat. Yang mendukung malah lebih nyata langsung datang. Yang ngancam alhamdulillah nggak sampai beneran datang," ujar Tsaqif.
(sip/van)