Kapal menghilang dari radar pada Kamis (11/6) pukul 20.50 waktu setempat. Kapal tersebut membawa muatan kurang lebih 6.000 metrik ton BBM sejenis pertamax plus. Ada 22 ABK di dalamnya, termasuk di antaranya lima Warga Negara Indonesia.
Pihak pemilik kapal menduga kapal tersebut dibajak. Sebab kapal serupa milik perusahaan yang sama namun dengan nama berbeda, Orkim Victory, juga dibajak pada tanggal 4 Juni yang lalu. Bedanya, saat itu kapal tersebut dibebaskan pembajak pada keesokan harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"KJRI sudah melakukan koordinasi dengan TNI AL dan bantuan Polair Indonesia untuk memonitor info tersebut. Tim TNI AL dan Polair sudah bekerja keras," kata Konjen RI di Johor Bahru Taufiqur Rijal saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (18/6/2015).
Kabar terakhir yang diperoleh detikcom, kapal tersebut sudah tidak berada di perairan Indonesia. Namun sudah bergerak ke arah utara, diduga di antara perbatasan Thailand dan Kamboja.
Wakil Dirjen MMEA Datuk Ahmad Puzi Ab Kahar sebelumnya menyatakan, saat ini tidak ditemukan tanda-tanda bahwa kapal tersebut tenggelam. Tak adanya tanda bahaya yang dikeluarkan kapal, menunjukkan bahwa peralatan komunikasi dan alat pelacakan lainnya sengaja dimatikan.
"Pencarian kami kini difokuskan di Laut China Selatan dari Johor ke Kelantan dan kami juga telah membuka perbatasan kami di Sabah dan Sarawak serta Selat Malaka bagi negara-negara tetangga kami yang ingin membantu pencarian," tutur Puzi seperti dilansir New Straits Times, Selasa (16/5/2015).
Menurut media Malaysia, kapal tersebut tengah berada di perairan Laut China Selatan, dekat negara bagian Johor ketika hilang kontak. Kapal tanker tersebut mengangkut 22 kru yang terdiri dari 16 warga Malaysia, 5 WNI dan seorang warga Myanmar.
(mad/nrl)