Al-Kashi, demikian dia biasa dikenal, saat itu tengah diuji kemampuannya soal ilmu matematika oleh Ulugh Beg dan murid-muridnya. Dia diminta untuk mengajukan metode menentukan proyeksi 1022 gugusan bintang tetap dalam satuan diameter astrolab.
Astrolab adalah instrumen yang digunakan oleh astronom pada abad 14 untuk menentukan lokasi dan memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan bintang. Astrolab juga digunakan untuk menghitung waktu lokal. (baca juga: Melihat Astronom Islam Abad 14 'Membongkar' Rahasia Langit).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat tersebut diabadikan sang ayah dan dikutip serta diterjemahkan oleh David A King dan Mary Helen Kennedy dalam bukunya, 'Studies in the Islamic Exact Sciences'. Buku ini kemudian dicetak ulang oleh E S Kennedy pada 1983.
Di awal suratnya Al-Kashi mengaku bersyukur kepada Tuhan atas banyak nikmat dan berkah yang telah diberikan. Bagi dia, diterima oleh Ulugh Beg adalah sebuah karunia yang tak ternilai harganya. Apalagi Ulugh Beg adalah seorang penguasa dengan pemahaman Al-Quran yang tinggi.
Tak hanya Al-Quran, cucu Amir Timur itu juga menguasai tata bahasa Arab, logika dan ilmu matematika. Di akhir suratnya, Al Kashi meminta maaf kepada sang ayah karena tidak memberitahu sebelumnya.
Giyath Al-Din Jamshid Al-Kushi adalah salah satu astronom dan matematikawan yang lahir dari Madrasah Ulugh Beg. Ada juga nama Qadizada Al-Rumy dan Ali Ibnu Muhammad Al-Qashji.
Saat ini bangunan Madrasah Ulugh Beg tempat lahirnya para astronom dan imuwan Islam itu masih berdiri. Meski pernah beberapa kali dilakukan pemugaran, beberapa bagian dari bangunan asli Madrasah tersebut masih bisa dilihat.
Bangunan itu berdiri di Registan Square, yang saat ini digunakan sebagai pusat kegiatan kebudayaan Samarkand.
"Pada saat-saat tertentu, di sini (Madrasah Ulugh Beg) diadakan pentas teater," kata pemandu bernama Mursyid saat detikcom mengunjungi Madrasah Ulugh Beg pada Jumat (22/5/2015) lalu.
Dari madrasah sini pula beberapa buku (kitab) karya Ulugh Beg dan murid-muridnya disusun. Salah satunya adalah kitab Zij-i-Djadid-I Sultani. Beberapa hasil karya Ulugh Beg dan murid-muridnya juga sudah diterjemahkan oleh astronom-astronom Inggris dan Prancis beberapa ratus tahun kemudian. (erd/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini