Din mengatakan, Muhammadiyah sudah bisa menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal (Idul Fitri) untuk tahun-tahun yang akan datang. Caranya dengan menggunakan ilmu yang berbasis astronomi.
"Penentuan soal 1 Ramadan, 1 Syawal itu 100 tahun akan datang sudah bisa diprediksi, karena meggunakan ilmu falaq yang berbasis astronomi fisika matemmatika yang kami yakini hasilnya itu hampir dapat disebut pasti. Namanya ilmu pasti," ujar Din saat ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (16/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka bulan Islam itu tidak selalu 30 hari. Kadang 29. Jadi penglihatan Muhammadiyah adalah tetap melihat rukyat, tapi dengan akal pikiran. Rukyat dengan ilmu bukan rukyat dengan mata indrawi. Nggak bisa ketemu antara meyakini sesuatu dengan melihatnya, itu rakyat ala pemerintah, dengan meyakini sesuatu dengan mengetahuinya," jelas Din.
"Dalam menentukan awal bulan baru, kriteria Muhammadiyah 3, terjadi ijtima' dulu atau konjungsi, matahari bulan bumi garis lurus, itu pertanda bulan lama berakhir, bulan baru akan datang. Kedua, ijtima' itu harus terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, saat matahari terbenam bulan masih di atas ufuk. 2 derajat, 1 derajat, setengah derajat. Itu yang kami anggap sebagi hilal," urai Din. (jor/dra)











































