DMP sendiri tergolong penyakit langka dan belum ditemukan obatnya. Hingga saat ini dokter belum bisa mengidentifikasi indikasi serangan penyakit tersebut.
"Sudah hampir 2 tahun mengalami lumpuh. Pertama anak pertama kami, almarhum meninggal 40 hari lalu, kini anak (kedua) kami juga memiliki ciri penyakit yang sama," ujar ibunda Ines, Elisabet Susiwati (47), kepada wartawan, di rumahnya di Gang Delta RT04/RW08, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (10/6/2015).
Ines mengalami gejala kelumpuhan pasca didiagnosa menderita penyakit DMP. Berbagai upaya telah dilakukan demi kesembuhannya.
"Mulai dari berobat ke dokter spesialis di berbagai rumah sakit hingga ke pengobatan alternatif. Saat lahir kondisinya normal. Namun, sejak duduk di bangku kelas IV, penyakit itu menghinggapinya," ujar Susi.
Sementara secara terpisah Kasudin Kesehatan Jakarta Timur, Iwan Kurniawan, menyatakan akan menfasilitasi anak tersebut berobat ke rumah sakit. Bahkan seluruh biaya pengobatan akan ditanggung Pemprov DKI Jakarta.
"DMP sendiri memang salah satu penyakit langka dan obatnya memang belum ada. Kita akan cek ke rumahnya dan memberikan bantuan penanganan medis melalui program BPJS," papar Iwan.
"Sampai saat ini obatnya memang belum ada. Sama seperti penyakit DBD, kanker dan jenis penyakit lainnya. Kita harus meningkatkan daya tahan tubuhnya agar kuat kembali," jelasnya.
(edo/rna)