"Dulu saat pulang kerja pada malam hari, saya selalu melihat para tunawisma itu mengais sampah. Beberapa di antara tunawisma itu kadang tampak cedera. Saya ingin menolong, namun bagaimana caranya?" kata Rose Broome dalam dalam forum WhatWorks di New Cities Summit 2015, di Ciputra Artpreneur, Ciputra World I, Jalan Prof Dr Satrio, Jakarta, yang berlangsung hingga 11 Juni ini.
Akhirnya, Rose memutuskan menggunakan teknologi untuk membantu mereka. Teknologi ini berupa aplikasi mobile yang dinamakan HandUp. Pada proyek percontohan yang dimulainya sejak tahun 2013 lalu ini, Rose memprofilkan sekitar 100 tunawisma di kawasan San Francisco dalam aplikasi ini. Profil mereka termasuk foto, usia, ciri-ciri, keunikan dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Nah, warga yang ingin menyumbang, bisa melihat profil tunawisma yang ingin disumbangnya, juga pilihan metode pembayaran.
"Sumbangan ini hanya bisa digunakan untuk kebutuhan dasar mereka, seperti menyediakan makanan, perawatan kesehatan dan penampungan. Seperti ini, namanya Martin, dia jago catur. Kini sudah menerima donasi sebanyak US$ 500 dan mendapat tempat penampungan di kota," jelas Rose.
Laporan keuangan juga akan disajikan secara transparan melalui situs HandUp, handup.org. Di situs itu, terlihat berapa orang yang menyumbang, berapa tunawisma yang dibantu dan jumlah total sumbangan yang dikumpulkan. Perkembangan tunawisma itu juga dilaporkan berkala.
Kini, HandUp memiliki mitra 13 yayasan di seluruh 5 kota metropolitan AS dari San Francisco, Detroit, Oregon dan Washington.
(nwk/nrl)











































