'Squee', Aplikasi Cari Jalan Kampung dan Pantau Keamanan Pejalan Kaki

New Cities Summit 2015

'Squee', Aplikasi Cari Jalan Kampung dan Pantau Keamanan Pejalan Kaki

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikNews
Selasa, 09 Jun 2015 18:43 WIB
ki-ka: Arlene Nathania, Marissa Sudjiadi, Dicke Nazzary Akbar
Jakarta - Di Jakarta yang macet, emisi kendaraan membuat udara panas. Jalan kaki bisa jadi tak nyaman karena terpapar polusi. Sekelompok arsitek dan dokter muda menggagas aplikasi Squee bagi pejalan kaki.

"Mobil yang selama ini menjadi sumber mobilitas kini malah jadi membatasi gerak di Jakarta. Mobilitas jadi terbatas dengan banyaknya mobil. Kita kunjungi kembali konsep berjalan atau bersepeda, itu yang paling manusiawi. Itu skill manusia awalnya," jelas anggota tim Squee, Arlene Nathania (32) saat berbincang dengan detikcom di arena New Cities Summit 2015 di Ciputra Artpreneur, Mal Ciputra World, Kasablanka, Jakarta

Arlene, seorang arsitek yang sedang mengambil doktoral di Hafencity Universiteit, Hamburg, Jerman ini kerap berjalan kaki kala di Jerman. Di Jakarta, suasana untuk berjalan kaki tidak kondusif karena macet dan polusi di mana-mana.

"Tempat jalan kaki seperti terlupakan, infrastruktur tidak mendukung. Namun sekarang, komunitas pejalan kaki sudah mulai berkembang. Daripada stuck di Jalan Sudirman, mending ke kantor naik busway dan KRL yang ujung-ujungnya jalan kaki," jelas Arlene.

Arlene mengembangkan aplikasi ini bersama 3 rekannya yakni Marissa Pudjiadi (32), seorang dokter spesialis anak yang pernah belajar di Hamburg, Jerman, kemudian Dicke Nazzary Akbar (30), arsitek rekan mahasiswa doktoral Arlene di Jerman, dan Edy Haryono (32), seorang web developer.

Rekan Arlene, Marissa merasakan betapa tidak nyamannya berjalan kaki di Jakarta, yang kadang berpapasan dengan sepeda motor, hingga Pedagang Kaki Lima (PKL).

"Saya juga pernah terpental naik Metro Mini," seloroh Marissa sambil tertawa.

Arlene dan kawan-kawan melihat keunggulan Kota Jakarta yang masih banyak kampung-kampung di antara gedung-gedung tinggi. Jalan di antara kampung lebih banyak keuntungan, lebih cepat, dengan lingkungan yang kadang masih kondusif dan sejuk karena banyak tanaman-tanaman.

"Jalan-jalan di kampung lebih hijau dan bebas polusi. Masalahnya, jalan di kampung-kampung ini banyak yang tidak terpetakan," jelas Arlene.

Untuk itu, Arlene dan kawan-kawan membuat aplikasi sosial media yang akan memetakan jalan kampung alias jalan tikus di Jakarta dengan cara crowdsourcing. Para pengguna secara partisipatif memberikan informasi jalan-jalan 'tikus' plus keunggulan kampung-kampung tersebut.

"Mungkin ada yang beri informasi tentang keunggulan kampung tersebut, kisah-kisah aneh, lucu sampai kalau ada bakso enak bisa diinformasikan, kuliner di kampung-kampung itu. Jadi bisa memberdayakan ekonomi di kampung itu juga," jelas dia.

Tak tertinggal, panic button atau fungsi tanda bahaya bila pejalan kaki pemakai aplikasi mengalami tindak kejahatan.

"Ada panic button untuk kriminal. Cuma kami masih mencari yang nyaman buat pengguna. Apakah di-swipe atau ditekan. Nanti mungkin akan ada bunyi atau getaran peringatan bagi pemakai lainnya dalam jarak tertentu supaya mereka bisa segera menolong," tutur Arlene.

Tren jalan kaki dan bersepeda, bersama dengan tumbuhnya komunitas pejalan kaki dan bersepeda, plus rencana pengembangan MRT, KRL dan busway, membuat mereka yakin aplikasinya ini bakal berguna.

"Ke depan itu kan sistem transportasinya transit network. Seperti MRT, busway, harus disambung-sambung dengan jalan kaki atau bersepeda," imbuh rekan Arlene, Dicke.

Digagas pada Maret 2015 lalu, targetnya, aplikasi ini akan jadi pada akhir Desember 2015 nanti dan didaftarkan pada tahun 2016. Perkiraan bujet pengembangan aplikasi ini sekitar US$ 8 ribu-US$ 10 ribu. Ke depan, ini akan dikembangkan juga bagi pengguna sepeda.

Aplikasi "Squee" ini menjadi 1 dari 3 finalis Jakarta Urban Challenge di New Cities Summit 2015. Pemenang pertama akan menerima US$ 10 ribu (sekitar Rp130juta), pemenang kedua akan menerima US$6 ribu dan pemenang ketiga akan menerima US$4 ribu. Hadiah ini digunakan untuk mengimplementasikan ide yang diusulkan finalis.

Mereka telah mempresentasikan idenya di hadapan juri sore ini. Juri terdiri dari antara lain Chairman New Cities Foundation John Rossant, pendiri Grameen Bank penerima Nobel M Yunus, Kepala Tim Gubernur DKI untuk Percepatan Pembangunan Jakarta Sarwo Handayani, Deputi Gubernur bidang Transportasi, Perdagangan dan Industri Sutanto Suhodo dan Pakar Transportasi Urban dari Bank Dunia Ke Fang. Pemenang akan diumumkan pada Rabu (10/6/2015) besok.

(nwk/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads