βHidup di daerah yang hampir tak memiliki sumber mata air, tak membuat warga Dusun Bunder, Klaten kehilangan harapan hidup. Sejak nenek moyang, mereka terbiasa mengonsumsi air hujan.
"Dari dulu, sejak nenek moyang kebutuhan air pakai air hujan," ujar seorang warga Agustinus Gunawan (40). Hal ini disampaikan Gunawan saat ditemui di RT 14 RW 4, Dusun Bunder, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, Klaten, Senin (8/6/2015).
"Pernah ada yang nyoba bikin sumur, sudah sampai kedalaman 80 meter belum muncul airnya. Biayanya mahal tapi tidak berhasil (menemukan air)," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini hampir seluruh warga memiliki tandon penadah air hujan di rumahnya. Air dari tandon inilah yang digunakan untuk kebutuhan minum hingga mandi.
Rata-rata tandon tersebut berukuran 3 x 2 meter dengan kedalaman 3 sampai 4 meter. Tandon tersebut diberi ikan kecil untuk menghalangi pertumbuhan jentik-jentik nyamuk.
Jika kemarau tiba, warga memilih membeli air seharga Rp 90 tibu per tangkinya.β Dusun Bunder terletak di ketinggian sekitar 400 mdpl. Mayoritas warganya bekerja sebagai pengrajin kandang ayam dari bambu.
Beberapa diβ antara mereka bertani dan beternak sapi. Meski hidup di tempat yang tak memiliki sumber air, tak sedikitpun tampak tanda-tanda kemiskinan di wajah warganya.
Mereka hidup dengan semangat bekerja yang tinggi, keramahannya sangat terasa. Warga juga merasakan kondisi tubuh yang fit terutama 2 tahun belakangan ini.
Beberapa warga sembuh dari penyakit menahun yang dideritanya. Apa rahasianya?β Tunggu kisah-kisah warga Dusun Bunder yang hidup sehat dari air hujan di tulisan-tulisan berikutnya.
(sip/vid)