Usai salat Subuh dan kultum di Masjid Asrama Haji Pondok Gede, Haji Badrun yang memiliki nama Lengkap Badrun Komaruddin itu sudah berdiri di depan mimbar imam. Dengan setelan pakaian ihram, dia mengajak petugas PPIH yang berjumlah 806 orang mengikutinya ke halaman masjid dengan megafon kecil sebagai pengeras suara.
Hari Sabtu (6/6/2015), Haji Badrun mengajak petugas PPIH menaiki bukit semen kecil bertuliskan Safa. Lewat pengeras suara kecilnya, Haji Badrun membimbing bagaimana cara Sa’i, berlari-lari kecil antara safa dan marwa, sebagai bagian dari ibadah haji/umroh.
Saat turun dari Safa, Haji Badrun mengajak petugas PPIH ikut berlari kecil, sampai ke Marwa. Pria kelahiran Banyumas itu juga mengajari apa yang harus dibaca selama menunaikan ibadah Sa’i.
“Saya umur 73 tahun. Lahir 21 Desember 1941,” tutur Haji Badrun usai manasik.
Pensiunan Departemen Agama tahun 1998 itu mulai membimbing manasik petugas haji sejak tahun 1980. Hingga tahun 2015, Kementerian Agama masih mempercayakan tugas bimbingan manasik petugas haji padanya.
“Ini sedekah jariyah. Tidak ada dukanya. Yang saya ajarkan ini kan ilmu yang bermanfaat,” tutur Haji Badrun yang mengaku sudah 9 kali naik haji ke Tanah Suci ini.
Haji Badrun mengenang, sebelum ada asrama haji Pondok Gede, manasik haji harus dilakukan berpindah-pindah. Pemerintah harus menyewa gedung untuk menggelar manasik secara indoor karena belum ada fasilitas manasik yang lengkap dengan Kakbah mini seperti yang sekarang ini ada di Pondok Gede.
Tidak banyak keinginan terlontar dari kakek 4 cucu ini. Permintaannya cukup sederhana, dia minta megafon yang lebih besar agar suaranya bisa lebih lantang terdengar .
“Ini megafon untuk kloter. Saya minta megafon yang batere 8,” harapnya.
“Kalau yang sekarang kan cuma 800-an. Kalau sebelum-sebelumnya sampai seribuan orang,” lanjutnya.
Sebagai pembimbing manasik, tugas Haji Badrun cukup vital. Di usianya yang sudah terbilang senja dia harus membimbing petugas haji agar kelak bisa melayani jemaah haji dari Indonesia dengan baik.
Apa tak ada yang menggantikan?
“Tak ada orang lain yang menggantikan. Itu kata orang kantor,” ujarnya kalem.
Bagi seorang Haji Badrun membimbing manasik haji adalah sebuah pengabdian. Dia yakin Allah akan memberikan balasan yang setimpal atas bimbingannya itu.
“Ini yang menilai Allah. Meskipun tidak berangkat tapi membimbing ini kan sebanding,” tutur kakek yang masih terlihat segar itu.
“Saya tidak ada pantangan makan. Saya hanya mengikuti prinsip makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang,” tutur Haji Badrun soal rahasia sehatnya.
(gah/aan)











































