Nelayan Bagansiapiapi Keluhkan Merajalelanya Pukat Harimau

Nelayan Bagansiapiapi Keluhkan Merajalelanya Pukat Harimau

- detikNews
Jumat, 18 Feb 2005 17:16 WIB
Bagansiapiapi - Ratusan nelayan di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, mengeluhkan adanya nelayan asal Sumatera Utara yang menggunakan pukat harimau. Akibatnya, pendapatan ikan mereka berkurang hingga 50 persen dalam setahun.Nelayan di Bagan mengeluhkan kehadiran nelayan dari Belawan dan Tanjung Balai Asahan, Sumut, yang mencari ikan di perairan Riau dengan menggunakan pukat harimau. Kapal-kapal besar milik nelayan Sumut itu sulit dihalangi nelayan Bagan. TNI AL Riau juga tidak mampu membendungnya.Kapa-kapal berkekuatan mesin 600 tenaga kuda itu telah menghancurkan mata pencaharian nelayan di Bagan. Sehari berlayar di laut Bagan, kapal-kapal itu bisa menghasilkan dua sampai empat ton. Bila dihitung dalam sepekan satu kapal pukat harimau bisa mengeruk hasil ikan lebih dari 10 ton."Berbagai jenis ikan di laut Bagan mereka keruk dan dibawa ke Sumut. Tidak hanya ikan-ikan berkwalitas, sampai telur-telur ikan pun bisa mereka dapatkan. Ini yang membuat spesies ikan di Bagan kian hari hilang begitu saja," kata Sudirman salah seorang nelayan di Bagan, kepada detikcom, Jumat (18/02/2005).Sudirman salah seorang dari ratusan nelayan di Bagan mengak dalam sepekan ini bila melaut hanya mampu menghasilkan ikan dua ton. Padahal tahun-tahun sebelumnya para nelayan dengan bobot kapal 15 ton, bisa mendapatkan ikan antara 4-7 ton dalam sepekan."Kini untuk mencapai dua ton dalam sepekan saja sudah sulit. Ikan-ikan di laut Bagan telah dikeruk kapal-kapal pukat harimau dari Sumut. Kita sudah mengeluhkan ini dengan DPRD dan Bupati Rokan Hilir. Tapi, hingga sekarang belum ada jawaban," kata Sudirman yang sudah menjadi nelayan sejak 20 tahun silam. Kasubdin Usaha Tani dan Nelayan Dinas Perikanan Rohil, Ir Zamsuria, kepada detikcom, mengaku telah menerima keluhan nelayan-nelayan di Bagan akan hadirnya nelayan pukat harmau dari Sumut. Hal ini juga sudah dilaporkan kepada Dirjen Perikanan dan Kelautan di Jakarta."Keluhan nelayan kita sudah kita laporkan ke Dirjen Kelautan dan Perikanan di Jakarta. Kita berharap, agar pemerintah pusat bisa menertipkan nelayan pukat harimau asal Sumut yang mencuri ikan di laut Bagan," kata Zamsuria.Menurutnya, dengan hadirnya nelayan pukat harimau tersebut, hasil tangkapan nelayan di Bagan berkurang hingga 50 persen. Ini bisa dilihat dari grafrik yang dilakukan pihak Dinas Perikanan Rohil.Dia menyebutkan dari tiga kecamatan di Rohil sebagai penghasl ikan, antara lain, Sinaboi, Pasir Limau Kapas dan Bagan, pada tahun 2003 bisa menghasilkan berbagai jenis ikan hingga 72 ribu ton pertahun. Sedangkan tahun 2004, hasil ikan di Bagan, tak lebih 35 ribu ribu ton pertahun. "Penurunan drastis ini dikarenakan hadirnya nelayan pukat harimau dari Sumut," katanya.Masih menurut Zamsuria, para nelayan di Bagan sebenarnya sudah berusaha menghalau kapal-kapal nelayan asal Sumut. Namun, tiap kali mereka menghalau, dari dalam kapal pukat harimau bermunculan orang-orang yang menggunakan senjata standar TNI. Karena itu nelayan Bagan tidak berkutik akan kehadiran kapal pukat hariamu tersebut."Beberapa bulan yang lalu tim dari pemerintah setempat bekerja sama dengan TNI AL, pernah berhasil menangkap dua kapal pukat harimau asal Sumut. Tapi, entah bagaimana cerintanya, dua kapal itu hanya dikenakan denda Rp 5 juta," katanya.Kota Bagan, di era tahun 1945-an dikenal sebagai daerah penghasil ikan terbesar di dunia setelah Norwegia. Hasil ikan kala itu mencapai antara 150 ribu ton hingga 200 ribu ton per tahun. Untuk wilayah Asia Tenggara, Bagan sempat menjadi sentral perdagangan ikan di dunia. Tapi kini, julukan kota ikan itu hanya tinggal kenangan saja. (gtp/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads