"Pelakunya orang yang mengenal baik Ace (sapaan akrab Akseyna) atau dikenal baik Ace," kata ayah Ace, Kolonel Sus Mardoto, Jumat (5/6/2015).
Mardoto mengatakan, yang mengenal dan dikenal Akseyna dengan baik yakni dari 2 komunitas. Mardoto tidak pernah mengenal rekan Akseyna dari dua komunitas itu karena mereka tidak pernah berkunjung ke rumah Akseyna.
Rekan Akseyna dari satu komunitas pernah datang ke rumah Akseyna di Yogyakarta, dua hari setelah pemakaman Akseyna. Keduanya datang menyerahkan dua flash disk milik Akseyna yang dipinjam teman-temannya. Isi flash disk yakni tugas, film dan jurnal.
Sedangkan rekan dari komunitas lainnya, lanjut Mardoto, tidak ada yang datang ke rumah Akseyna. Namun komunitas tersebut mengirimkan uang duka lewat rekening.
Surat 'Wasiat' yang Mencurigakan
Bisa jadi, orang dekat Ace yang dicurigai sebagai pembunuh itu terkait dengan surat wasiat 'perpisahan' yang mengatasnamakan Ace. Surat yang intinya meminta agar Ace akan pergi dan tidak perlu dicari itu, sempat memunculkan asumsi bahwa Ace bunuh diri.
Surat itu ditemukan di kamar kos Ace di Wisma Widya 208, Jl Kabel Tegangan Tinggi, Beji, Depok pada Senin (30/3) malam oleh teman Ace bernama Jibril. Di hari yang sama mayat yang ditemukan di danau UI dipastikan adalah Ace. Mayat itu pertama kali ditemukan pada Kamis (26/3).
Mardoto juga mendapatkan surat itu dari teman Ace yang bernama Jibril tersebut. Akan tetapi sang ayah menemukan adanya keganjilan dari awal kemunculan surat ini.
"Dari sisi munculnya kan juga ada kejanggalan. Itu (surat) bukan ditemukan polisi. Temannya menyerahkan ke saya dan saya serahkan ke polisi. Terus beredar di berita itu dalam bentuk tempelan, dipaku. Dari mana (cerita) surat itu ditempelkan, dipaku?" kata Mardoto kepada Majalah Detik.
"(diserahkan ke saya) Iya, tapi dalam bentuk lembaran. Bukan dalam bentuk tempelan, dipaku. Tapi foto surat yang beredar di media massa adalah surat yang ditempel, dipaku. Ada apa ini? Ada kepentingan apa ini? Harusnya (yang muncul di media massa) dalam bentuk lembaran. Tidak dalam bentuk tempelan. Terus ini tempelan dari mana? Apa tendensinya?" sambung Mardoto.
Ada keanehan lain yang didapatkan Mardoto. Dia mendapatkan informasi Jibril menginap di kos Akseyna pada Minggu (29/3) malam. Namun Jibril, kata Mardoto tidak menyampaikan penemuan surat sejak Minggu malam, melainkan baru Senin ketika dipastikan mayat itu adalah Ace.
"Terus, yang aneh, Minggu malam, yang sudah masuk di kamar kos (Jibril) itu tidak menginformasikan bahwa ada surat itu. Seandainya sudah ada di kamar, dia seharusnya menginformasikan. Aneh kan jadinya. Logikanya tidak masuk. Dan dia (Jibril) tidur di situ. Jadi, kalau sudah ada sejak sebelumnya, seharusnya dia (Jibril) menginformasikan," ujar Mardoto.
Kamar Kos yang 'Tak Steril'
Ada kecurigaan lain yang dirasakan Mardoto. Dia melihat ada yang aneh dengan kondisi kamar Ace yang acak-acakan ketika polisi dan keluarga pertama kali mendatangi kos tersebut pada Senin (30/3).
"Polisi masuk, (kamar kos Ace) kan sudah acak-acakan. Kalau bukti ini kan (seharusnya) formal. Nah, munculnya surat ini tidak normal (diberi oleh Jibril, teman Ace, bukan ditemukan polisi)," ujar Mardoto.
Mardoto menyebut kamar kos itu acak-acakan lantaran ada teman-teman Ace yang masuk ke dalam kamar kos tersebut. Dia mendapatkan informasi ini saat mengontak nomor ponsel Ace, dan sosok yang menjawab di ujung telepon adalah teman Ace. Si teman mengatakan sedang berada di dalam kamar kos Ace.
"Di antaranya adalah beberapa teman Ace yang mendatangi kamar Ace beberapa kali. Bahkan, ada teman Ace yang masuk ke dalam kamar Ace dan menginap di kamar tersebut (Minggu 29 Maret 2015 malam). Padahal, tidak ada satu pun keluarga Ace yang pernah meminta atau menyuruh siapapun untuk masuk bahkan menginap di kamar Ace," kata Mardoto.
Mardoto mengatakan, tante Ace yang datang untuk mencari atau mengecek keberadaan Minggu 29 Maret 2015 siang juga tidak masuk ke kamar Ace yang saat itu kondisinya terkunci. Tante Ace juga tidak ditawari oleh penjaga kos untuk masuk dan mengecek ke kamar Ace.
"Dengan banyaknya orang yang telah masuk ke kamar Ace, tidak ada seorang pun yang dapat menjamin bahwa di antara orang-orang tersebut tidak melakukan tindakan/upaya apa-apa, termasuk terkait dengan keberadaan/pemunculan apa yang dikatakan sebagai βsuratβ Ace," tutur Mardoto.
Sementara itu, polisi masih melakukan pendalaman terkait siapa pembunuh Ace. Yang jelas, polisi sudah memastikan bahwa Ace tewas dibunuh. Ada sejumlah bukti yang mendukung kesimpulan itu. (Baca: 4 Fakta Baru yang Menguatkan Dugaan Akseyna Korban Pembunuhan)
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim Satgas Khusus untuk mengusut tuntas pembunuhan anak Kolonel Mardoto ini.
"Tim sedang bekerja dan terus bekerja untuk mengusut sampai tuntas," jelas Krishna kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (4/6/2015).
(fjr/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini