"Preman-preman itu meneror rumah saya, setiap Selasa ada pengajian di rumah saya sehingga kami terganggu. Tujuan kami ke sini untuk meminta perlindungan kepada Pak Kapolda. Kalau tidak ke sini, mau ke mana lagi kita meminta perlindungan?," ujar Anny Saleh Effendi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (4/6/2015).
Anny mengatakan, kelompok pengajian yang digelar di rumahnya di Metro Pondok Indah TB 33 Kebayoran Lama, Jaksel diganggu sekelompok preman dari etnis tertentu sejak tanggal 20 Mei 2015 lalu. Teror yang dilakukan preman ini bermacam-macam, mulai dari menggembok gerbang rumah hingga βpengosongan rumah secara paksa.
"Mereka memaksa masuk dan mengosongkan perabotan rumah, yang tinggal hanya barang-barang di kamar saya. Mereka saat itu membawa surat dari lawyer," imbuhnya.
Sejak saat itu, preman datang dan menerornya. Hal ini membuat kegiatan pengajian di rumah Anny itu menjadi terganggu.
"Tanggal 21 Mei pintu digembok, tanggal 22 gerbang dirantai, kemudian tanggal 25 Mei ada ancaman teror dengan kata-kata kasar, serta dirampok," ungkapnya.
Bahkan salah satu anak Anny pernah terlibat saling dorong dengan preman ketika preman-preman tersebut mencoba masuk ke rumah tersebut.
Anny mengakui, jika rumahnya itu tengah bersengketa dengan salah satu pihak. Ia menduga, preman-preman tersebut adalah suruhan orang yang tengah bersengketa dengan suaminya.
"Iya itu kan masih disidik sama polisi. Suami saya sudah laporkan hal ini ke Resmob Polda Metro, dan sedang disidik. Orang itu memalsukan tanda tangan suami saya," katanya.
Terlepas dari masalah sengketa, Anny meminta perlindungan ke Kapolda agar kegiatan mengaji di rumahnya bisa berjalan dengan tertib dan nyaman.
(mei/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini