Seperti apa kisahnya?
Sukarno adalah anak kedua dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Pernikahan dua orangtua Bung Karno itu awalnya tak mendapat restu dari ayah dan Ibunya Ida Ayu. Padahal Soekemi sudah secara baik-baik melamar kepada orangtua Ida Ayu.
Meski tanpa restu orangtua Soekemi dan Ida Ayu tetap menikah. "Maka pengantin baru itu diasingkan dari rumah orangtuanya," kata Sukarno kepada Cindy Adam seperti dikutip detikcom dari buku, 'Sukarno Penjambung Lidah Rakjat' Kamis (4/6/2015).
Pada akhirnya kedua orangtua Ida Ayu menyetujui pernikahan putrinya dengan Soekemi. Namun Soekemi yang seorang guru merasa tidak disukai oleh masyarakat Bali di tempatnya mengajar. Diapun mengajukan permohonan kepada Departemen Pendidikan, -dulu Departemen Pengajaran-, untuk dipindah ke Jawa. "Bapak dikirim ke Surabaya dan di sanalah putera sang fajar dilahirkan," kata Sukarno seperti tertulis di halaman 12 buku, 'Sukarno Penjambung Lidah Rakjat'.
Putera sang fajar adalah julukan yang disematkan Ida Ayu kepada Sukarno kecil. Kepada Cindy Adams Sukarno juga menceritakan detik-detik kelahirannya di tengah keprihatinan pada 6 Juni 1901. “Itu (kelahiranku) sangat menyedihkan,” kenang Sukarno. Karena tidak punya uang, ayah Sukarno saat itu tidak mampu memanggil dukun beranak untuk menolong isterinya yang akan melahirkan.
Satu-satunya yang membantu proses lahirnya Sukarno saat itu adalah seorang kakek yang amat tua kawan sang ayah. “Sukarno tidak sama beruntungnya dengan Hercules. Pada waktu aku dilahirkan, tak seorang pun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua,” kata Sukarno.
Satu pertanda besar yang tak pernah dilupakan Sukarno adalah, dia lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud. Jarak gunung tersebut hanya puluhan kilometer dari kediaman Sukarno kecil.
(erd/van)











































