"Saya nggak tahu berapa ya harganya. Tapi saya nggak berpikir ke sana. Kalau orang Jawa mikirnya ke depan kalau dijual nanti bagaimana," ujar Sayono.
Hal ini disampaikan Sayono saat dikunjungi di rumahnya di Dusun Nawung, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Rabu (3/6/2015). Dia mengaku khawatir jika nanti dia menjual batu itu, justru akan menimbulkan hal tak baik pada dirinya.
Apalagi Suyono maupun Juwanto merasa tak hobi terhadap batu akik. Dia tak mengerti harga batu-batuan di pasaran.
"Kalau orang bilang Rp 50 juta, Rp 10 juta, saya nggak ngerti," katanya.
"Ini kan bukan sembarangan menemukan. Kata orang, mau nyari kalau nggak pulung (rejeki) ya nggak akan ketemu," ujar Sayono.
βDitambah lagi, menurut Sayono batu itu sebenarnya sudah berulang kali akan dicongkel warga namun tak ada yang berhasil. Bekas congkelan-congkelan di permukaan batu masih terlihat.
"Pas saya congkel, malah terbelah sendiri lalu keliatan dalamnya seperti durian (berduri-duri tajam)," kata pria yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh bangunan ini.
(Sukma Indah Permana/Elvan Dany Sutrisno)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini