Ada tiga poin yang disampaikan Riyadi dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Rabu (3/6/2015). Pertama, soal beredarnya kabar cacing yang keluar dari tanah dalam keadaan lemas.
"Berita itu sudah saya crosscheck ke kepala BPBD Kabupaten Bantul, ternyata benar, keluarnya cacing yang abnormal, di beberapa tempat di Bantul," terang Riyadi.
BMKG menduga, keluarnya cacing tersebut karena guyuran hujan dua hari berturut-turut setelah beberapa hari terakhir tidak hujan sama sekali. Pada tanggal 27-30 Mei 2015, tidak ada hujan, namun pada 31 Mei sampai 1 Juni hujan turun cukup signifikan.
"Kondisi inilah yang memungkinkan keluarnya cacing seperti halnya keluarnya laron setelah hujan kemudian tidak hujan," terangnya.
Ditambahkan Riyadi, dari monitoring prekursor stasiun Pundong selama 1 minggu (25 Mei-2 Juni) tidak menunjukkan adanya perubahan parameter temperatur tekanan, temperatur bawah permukaan dan emisi radon.
"Sehingga kemungkinan tidak ada kaitannya dengan akan adanya gempa bumi," ungkapnya.
Sejak pagi, pesan berantai soal kemunculan cacing-cacing tersebut sudah membuat resah. Disebutkan, kemunculan cacing berkaitan dengan kemungkinan adanya gempa dahsyat di sekitar Yogya. Hal ini diklaim mirip dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Berikut broadcast yang meresahkan tersebut:
Buat teman2 yg di Jogya dekat bantul, ini ada info dari teman yang anggota Basarnas: buat jaga2 : dari Bantul merata , wilayah Berbah, Prambanan sampai Solo, ada fenomena aneh, banyak cacing keluar dari tanah dalam keadaan lemas , temanku sih saran kan siap emergency, karena dulu saat gempa 2006 terjadi seminggu setelah fenomena cacing ini juga pd keluar, analisa awal , terjadi peningkatan aktifitas tektonik dijalur Subduction kidul sana, akibat terjadi pelepasan energy ke permukaan tanah, fenomena ini terjadi pada th 2006 sebelum gempa besar di DIY/khusus nya Bantul sekitarnya......copas dr sebelah...pagi ini....
Kepala Badan Geologi Kemen ESDM Mbah Rono menegaskan, belum ada peningkatan aktivitas di Merapi. Dia sangsi dengan dugaan bakal terjadi gempa dan letusan seperti tahun 2006 lalu.
"Menurut saya, cacing atau semut merespons perubahan musim hujan ke musim kemarau. Gempa Yogya 1943 kemudian 2006, saat ini 2015, pertanyaannya apakah mungkin dalam 9 tahun dapat mengumpulkan energi untuk menjadi gempa seperti 2006 dan 1943, kok rasa-rasanya sulit ya," jelas Mbah Rono.
Hal senada diungkapkan oleh ahli perancangan instrumentasi untuk mitigasi bencana dari UGM. Prof Ir Sunarno, M.Eng, PhD. Alat early warning system (EWS) gempa yang dimilikinya tidak menunjukkan gejala akan datangnya gempa besar. Dia menduga cacing keluar dari tanah karena pergantian cuaca ke kemarau.
(Rachmadin Ismail/Nurul Hidayati)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini