Hal itu dikatakan oleh Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato peringatan hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2010 lalu. Dalam pidatonya waktu itu, SBY salah satunya menyoroti soal hubungan Bung Karno dengan
Pancasila.
Menurut SBY, Bung Karno adalah penggali Pancasila. Hal itu disimpulkan dari beberapa pidato Bung Karno setelah menjadi presiden. "Kita ikuti pidato-pidatonya, beliau mengatakan bahwa saya kutip 'Saya menggali Pancasila dari buminya Indonesia', jadi beliau (Sukarno) adalah penggali Pancasila," kata SBY dalam pidato peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2010 lalu.
Bung Karno, menurut SBY, telah memikirkan dasar, asas, falsafah, ideologi Indonesia merdeka selama 27 tahun sejak tahun 1918. "Itu (dasar negara) selama 27 tahun sejak tahun 1918 berarti berusia 17 tahun sampai 1945 ketika pidato 1 Juni
disampaikan twenty seven years," kata SBY.
Peran Sukarno dalam lahirnya Pancasila cukup sentral, baik sejak dibacakan pada 1 Juni 1945, dimasukkan dalam dokumen Jakarta pada 22 Juni 1945, maupun ketika menjadi pembukaan UUD 1945 pada 18 Agustus 2945. "Bung Karno memiliki peran
sentral dalam perumusan Pancasila," papar SBY.
Presiden Joko Widodo juga menyebut bahwa Bung Karno telah memikirkan Pancasila selama puluhan tahun. Hal itu diketahui dari isi pidato Bung Karno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada
1 Juni 1945 atau 70 tahun yang lalu.
"Saya selalu teringat pidato Bung Karno 1 Juni 1945, 70 tahun yang lalu. Beliau menyatakan bahwa, 'Pancasila itulah yang berkobar dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun, diterima atau tidak terserah Saudara-saudara. Tetapi saya sendiri
mengerti seinsyaf-insyafnya bahwa tidak satupun dasar negara yang menjelma menjadi realitas tanpa perjuangan," kata Jokowi saat berpidato dalam peringatan hari lahir Pancasila di Alun-alun Blitar, Jawa Timur, Senin (1/6/2015).
Kini, menurut Jokowi, menjadi tugas kita untuk membumikan Pancasila agar menjadi realitas. Agar bisa membumikan Pancasila, diperlukan dua 'modal' yakni; persatuan Indonesia serta keberanian untuk membangun bangsa.
(Erwin Dariyanto/Nurul Hidayati)