Yogyakarta - Usai sudah polemik fosil manusia Flores yang pernah disebut sebagai spesies baru atau homo florensiesis oleh sejumlah peneliti asing. Fosil manusia Flores yang ditemukan di Liang Bua Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) itu ternyata adalah fosil homo sapiens atau manusia modern.Hal itu dikemukakan oleh pakar Palaeoanthropologi (Antropologi ragawi) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Teuku Jacob kepada wartawan di kantornya di Bulaksumur UGM Yogyakarta, Kamis (17/2/2005).Dalam pertemuan itu, Jacob didampingi tiga orang peneliti asing yaitu Prof Dr Alan Thorne pakar antropologi ragawi dari Universitas Nasional Australia, Prof Dr M Henneberg pakar antropologi biologis dan anatomi, Universitas Adelaide Australia, dan Prof Dr Robert Eckhardt ahli genetika perkembangan dan morphologi evolusioner pada Fakultas Kesehatan dan Pertumbuhan Manusia Universitas Pensylvania, AS. Turut hadir pula Prof RP Soejono Kepala Pusat Arkeologi Nasional yang juga anggota tim peneliti di Flores.Eckhardt dihadapan wartawan membantah kalau fosil manusia yang ditemukan di Liang Bua, Flores itu merupakan spesies baru seperti yang pernah diklaim oleh dua peneliti Australia Mike Morwood dan Peter Brown dalam International Nature Journal."Jadi tidak benar bila dikatakan fosil manusia Flores yang tersimpan di UGM itu sebagai spesies baru, tapi ini adalah homo sapiens atau manusia modern," katanya.Hal senada juga dikatakan oleh Henneberg bahwa fosil manusia Flores itu bukan spesies baru, melainkan fosil homo sapiens. Dia mengaku telah melakukan penelitian terhadap ribuan fosil kerangka manusia, ternyata fosil manusia Flores memang mengalami kelainan patologis.Hal ini terlihat dari tinggi tubuhnya hanya berkisar 1,25 meter dan volume otaknya hanya berkisar 430 cc. "Volume otak sebesar itu, berarti tiga kali lebih kecil dibanding ukuran otak manusia modern normal, katanya.Menurut dia, fosil manusia yang ditemukan di Liang Bua Flores itu tergolong dalam micro cephaly (berkepala kecil). Manusia micro cephaly ini bisa berbicara secara lancar, bisa mengurus diri sendiri sampai tua. "Itu merupakan manusia modern seperti kita," tegasnya.Selain itu kata Henneberg, fosil manusia Flores tersebut berjenis kelamin laki-laki, bukan berkelamin perempuan seperti yang dikatakan dua peneliti Australia dalam Jurnal Internasional Nature.Sementara itu menurut Alan Thorne, ciri-ciri sebagai manusia modern juga terlihat dari lekuk-lekuk yang terdapat pada kerangka kepala fosil manusia Flores. Lekuk-lekuk tersebut menunjukkan ciri manusia melanesia dan alat-alat yang ditemukan di sekitar kerangka makin menegaskan bahwa fosil itu berasal dari manusia modern."Dari pola keausan gigi pada fosil itu menunjukkan fosil itu bukan berasal dari manusia pemburu seperti yang pernah dikatakan di Jurnal Internasional Nature itu. Namun berasal dari manusia yang sudah punya kebiasaan memelihara binatang dan bercocok tanam," kata Thorne.Jacob juga menambahkan, dirinya tidak sependapat dengan Morwood dan Brown bahwa umur kerangka berkisar antara 6.800 tahun hingga 94.000 tahun. Namun umur kerangka manusia Flores itu sekitar 3.500 tahun lalu. "Salah satu indikasinya adalah kerangka tersebut sebenarnya belum mengalami fosilisasi tapi baru sub fosil," tegas mantan Rektor UGM itu.
(ast/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini