Perempuan asal Jambi ini bukan orang baru di DPR. Sebelum menjadi staf Frans Agung, dia pernah bekerja untuk politikus Golkar di periode DPR sebelumnya. Dia mengenal Frans dari rekannya yang bekerja di DPD RI.
"Saya ikut Pak Frans dari awal, Oktober 2014. Dapat info dari teman. Pak Frans waktu itu memang butuh staf dan meminta teman saya itu, tapi waktu itu teman saya masih di DPD, sedangkan saya masih menunggu pekerjaan. Nama saya disodorkan dan Pak Frans oke," tutur Denty saat berbincang, Rabu (27/5) kemarin.
Di hari anggota DPR dilantik, Denty langsung menemani Frans dan keluarganya menempati ruang kerja di Gedung Nusantara I DPR. Saat itu Denty bertemu dengan istri Frans, dan keluarga adiknya yang merupakan bupati di wilayah Lampung.
"Dari awal Pak Frans jadi anggota saya sudah mulai bekerja. Saya bekerja dari Oktober hingga Januari tidak ada masalah. Tugas saya ngurus administrasi, ngambil uang, buat surat-surat pengajuan ke dapil-dapil," papar Denty yang terdaftar sebagai staf di Setjen DPR.
Masalah di pekerjaannya mulai muncul di bulan Februari 2015. Denty bermasalah dengan staf pribadi Frans yang dibawa dari Lampung. Menurut Denty, dia difitnah oleh staf itu terkait urusan administrasi dan keuangan. Untuk mencari kebenaran, Denty dan staf tersebut lalu dikonfrontasi di kantor Frans. Konfrontasi itu disaksikan juga oleh istri Frans.
"Malamnya Fauzan (staf yang bermasalah dengan Denty -red) langsung dipecat. Karena terbukti dia yang bermasalah, bukan saya," tutur Denty.
Setelah masalah tersebut, Denty melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Dia masih dipercaya mengurus keuangan Frans Agung bahkan menemani anak-anak bosnya itu main ke mal. Namun di suatu hari Denty terkejut karena tak bisa masuk ke kantornya, karena anak kunci yang dipegangnya tak lagi cocok dengan kunci ruang kerja Frans.
"Maret saya nggak terima gaji. Tiba-tiba saya diberhentikan tanpa ada penjelasan lisan ataupun tertulis. Kunci pintu ruangan saya udah diganti. Saya nggak tahu kenapa, padahal jaraknya lama dari konfrontasi," tuturnya.
Belakangan Frans mengaku memecat Denty terkait pemalsuan tanda tangan yang dilakukan staf lain bernama Akbar Rizal. Namun Denty menepis tudingan tersebut.
"Dia kan menyalahkan TA (Tenaga Ahli-red), ada nama Akbar Rizal, tapi kan bukan saya. Saya tidak memalsukan tanda tangan. Boleh dicek tulisan tangan saya sama dengan yang dipalsukan atau tidak. Ini juga agak gimana pembelaannya dia," ujar Denty.
"Lucunya pemalsuan tanda tangan ini yang ada disebut sama dia kan Akbar Rizal, tapi kenapa saya disebut dipecat terkait pemalsuan ini. Saya tidak merasa memalsukan tanda tangan," imbuhnya.
Atas pemecatan tersebut Denty tak terima dan melaporkan Frans Agung terkait pemecatan tersebut. Tak hanya soal pemecatan, Denty juga melaporkan dugaan penggunaan gelar doktor palsu oleh Frans. Laporannya itu didasarkan pada penugasannya saat masih menjadi staf. Dia mengaku pernah diperintahkan untuk membuat kartu nama Frans Agung dan menambahkan gelar doktor.
Frans sudah membantah semua tuduhan Denty. Dia menepis pernah menggunakan gelar doktor palsu.
"Ini sudah politis karena saya sebagai calon bupati di Lampung Selatan. Saya mau nyalon, anak dua ini (dua orang eks stafnya -red) dimanfaatkan," kata Frans Agung saat dikonfirmasi, Rabu (27/5/2015).
Laporan Denty ditindaklanjuti oleh MKD DPR. Pukul 14.30 WIB nanti MKD akan menggelar sidang perdana laporan tersebut.
(Ahmad Toriq/Elvan Dany Sutrisno)