Di sisi lain, ada seorang pria lulusan Jerman yang kini memilih profesi sebagai sopir taksi. Di sana, dia kuliah sambil bekerja selama 10 tahun demi mendapatkan titel Dipl-Ing. Meski dari segi status sosial maupun ekonomi pekerjaan sebagai sopir taksi tak terlalu menggairahkan, pria bernama Peter Yan ini tak malu melakoninya.
Saat ditanya pendapatnya soal maraknya ijazah palsu, Peter tak banyak memberikan komentar. Ia justru mencontohkannya dengan pengalamannya mengajar diperkuliahan.
"Ambisi mereka (mahasiswa) adalah untuk cepat lulus dan dapat pekerjaan," kata pria alumni Technische Hochschule Darmstadt ini, Jumat (22/5/2015).
Menurutnya, mental para warga negara Indonesia memang harus diubah. Pendidikan harus dijadikan sebagai landasan menguasai suatu ilmu, bukan semata sebagai faktor penentu pekerjaan.
"Jadi memang mentalnya harus diperbaiki. Itu mutlak," kata pemilik gelar Dipl-Ing ini.
Peter menghabiskan waktu selama 13 tahun di Jerman, dengan 10 tahun dimanfaatkannya untuk kuliah. Perjuangan Peter terbilang tak mudah.
Ia harus membiayai kebutuhan hidupnya sendiri selama kuliah. Pria asal Kupang, NTT ini bekerja apa saja untuk menamba biaya hidup. Dari tukang sapu, loper koran hingga menjadi asisten dosen pernah dilakoninya. Tak sia-sia, akhirnya pada tahun 1987 ia dapat menamatkan kuliahnya tersebut.
Peter mengaku pernah mendesain busway untuk Jakarta bersama 2 orang temannya pada tahun 1991. Desainnya kala itu, kata dia, persis dengan konsep busway yang diterapkan saat ini.
Ia juga mengaku terlibat dalam pembuatan desain sejumlah tol di Jakarta. Tak hanya menerapkan ke dalam industri, Peter juga menuangkan ilmunya ke dalam dunia pendidikan. Ia mengajar sebagai dosen tamu S2 Universitas Tarumanegara. Mata kuliah yang diampunya adalah Water and Transportation.
Kini Peter menjadi sopir taksi. Tujuannya selain mendapatkan tambahan penghasilan, Peter juga melakukan riset tentang kemacetan di Jakarta.
"Kalau kita mengenali, kita baru menguasai. Saya sekarang bisa jawab kalau ditanya kapan, di mana dan apa penyebab kemacetan di suatu titik di Jakarta. Saya harap problem transportasi ini diselesaikan secara menyeluruh," kata suami dari Herunawati ini.
(Nur Khafifah/Rachmadin Ismail)











































