"Saat saya masih di Sukabumi, adik saya di warung telepon katanya, Ceu kok berasnya beda ya? Masih meretes. Selang satu jam, dia telepon lagi kok perut aku mules-mules, kok agak getir ya," kata Dewi dalam diskusi "Kejahatan Beras Sintetis" di DoubleTree by Hilton Hotel, Cikini, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).
Dewi mengatakan adiknya memasak untuk keperluan keluarga. Beras yang dimasak adiknya adalah barang yang dibeli Dewi di toko langganannya di Mutiara Gading, Bekasi Timur, pada Rabu 13 Mei. Ia membeli beras enam liter yang sebagian besar untuk keperluan dagang bubur ayam dan nasi uduk.
"Saya beli 13 Mei untuk persiapan dagang di hari Senin 18 Mei. Karena lima hari ke depan libur panjang. Jadinya, saya belanja di awal," sebut perempuan berkerudung itu.
Β
Selepas pulang dari Sukabumi, Dewi tidak langsung mengecek beras yang sudah dimasak adiknya. Namun, keesokannya ketika memasak di ruko tempatnya berjualan, Dewi mencium ada yang janggal. "Saya ke ruko jualan seperti biasa pukul 04.00 WIB subuh. Buat masak bubur dan nasi uduk. Biasanya masak satu jam bubur sudah kelar, tapi ini kok satu jam lebih malah nggak nyatu dengan air. Beras itu nempel sama panci. Sekali dicoba dua jam ke depan malah makin banyak air. Beras itu agak mekar malah terpisah dari air," papar Dewi.
Dewi sempat berfikir salah memilih jenis beras. Ia kemudian mencoba memasak nasi uduk. "Saya mikir salah nih. Coba deh masak nasi uduk. Tapi, setelah jadinya kok nasinya malah benyek ya," tuturnya.
Dewi lalu memberitahu kejanggalan-kejanggalan ini kepada suaminya. "Saya langsung ngomong kalau ini engggak sehat kalau kita dagang. Kata suami saya 'Mah, balikin saja ke pedagangnya'. Saya bilang ini libur dulu. Saya takut kan ini yang beli banyak anak sekolah," katanya.
Setelah kejanggalan memasak beras, Dewi juga coba memberitahukan informasi ini ke media sosial. Selanjutnya, dia coba mengecek acara televisi yang beberapa isi beritanya membahas peredaran beras plastik.
"Saya sebelumnya juga lihat ke youtube kalau beredar beras plastik dari Cina. Di situlah awal kesimpulan saya kalau kesimpulannya ke situ. Enggak aman dikonsumsi, ini kalau dimakan orang banyak bagaimana? Kan kasihan," tuturnya.
(Hestiana Dharmastuti/Ahmad Toriq)