"Setelah melakukan proses analisa dengan dokumen asli dari pihak kepolisian, melalui pembesaran mikroskopik 200x saya temukan bahwa tulisan tangan dalam surat tersebut milik 2 orang," kata Deborah kepada detikcom, Jumat (22/5/2015).
Menurutnya ada indikator grafis yang menunjukkan bukti bahwa tulisan tangan di "surat wasiat" tersebut dibuat oleh 2 orang. Pada bagian pertama ditulis oleh Akseyna dan di bagian revisi oleh orang lain.
"Tulisan tangan bagian pertama identik dengan tulisan tangan almarhum (asli), sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat oleh orang lain. Bagian yang ditulis oleh orang lain adalah bagian yang direvisi berikut penambahannya (not, for eternity, existence) dan tanda tangan," ucapnya.
Soal indikator grafis tersebut sudah dijelaskan Deborah kepada pihak kepolisian. Info detail soal itu belum bisa diberikan karena masih menjadi bahan penyelidikan.
"Hal ini sangat teknis sekali dan ada dalam 30 lembar report saya ke tim penyidik kemarin dan butuh waktu hampir 6 jam untuk menjabarkannya," kata dia.
Jenazah Akseyna ditemukan tenggelam di danau Balairung UI, Kamis (26/3/2015). Teman Akseyna menemukan pesan di secarik kertas di kamar kosnya bertuliskan, "Will not return for please dont search for existence my apologies for everything eternally".
Polisi mengakui kesulitan menguak kasus ini. "Barang bukti masih minim, kesaksiannya juga nggak ada. Hambatannya alat bukti dan saksi," ungkap Kapolres Depok Kombes Ahmad Subarkah di Mapolda Metro Jaya, Jl Gatot Subroto, Jaksel, Jumat (15/5/2015).
(Salmah Muslimah/Nurul Hidayati)