Seniman Bramantyo Prijosusilo lah yang membuat happening art yang menjadi legenda baru itu. Legenda baru yang ditujukan untuk melindungi hutan dan mata air ini panen apresiasi. Pernikahan Mbah Kodok dan sang peri bahkan dilakukan di rumahnya pada 8 Oktober 2014 lalu.
"Iya ini legenda baru yang dibuat untuk menyelamatkan hutan dan mata air," jelas seniman Bramantyo Prijosusilo saat berbincang dengan detikcom, Kamis (21/5/2015).
Kini setelah sang peri hamil tua, Mbah Kodok pun akan membangun rumah untuk sang peri. Persiapan membangun rumah Peri Setyowati sudah dilakukan sejak sebulan lalu. Pembangunan rumah Setyowati akah digelar dalam pagelaran seni kejadian (art happening) bertajuk "Dhanyang Setyowati Sukodok Membangun Rumah" di Hutan Begal. Pembangunan rumah Peri Setyowati itu akan dilakukan pada 6-7 Juni 2015 mendatang.
Mbah Kodok, merupakan aktor, seniman, seorang bohemian yang tak punya pekerjaan, penghasilan maupun tempat tinggal tetap. Sehari-hari, Mbah Kodok tinggal di Wisma Seni Taman Budaya Solo, sering ke tempat Bram, di Ngawi, sekitar 1 jam perjalanan dari Solo. Meski demikian, imbuh Bram, Mbah Kodok memiliki indera keenam, bisa berkomunikasi dan memiliki hubungan riil dengan makhluk gaib.
Sedangkan sang peri berasal dari legenda yang sudah lama beredar di masyarakat. Legenda Setyowati yang sudah beredar di masyarakat adalah, putri dari Kerajaan Majapahit. Setyowati, menurut legenda adalah putri dari Ratu Majapahit, Ratu Ayu Kencono Wungu atau Tribhuwana Tunggadewi. "Dia (Setyowati) mempelajari ilmu kesempurnaan, tapi lalu menolak menjadi Ratu dan berkelana, akhirnya moksa di Sendhang Ngiyom," kata Bramantyo.
Moksa berasal dari bahasa sanskerta, yang berarti membebaskan atau melepaskan. Sang putri melepaskan jiwanya di Sendhang Ngiyom. Masyarakat menggambarkan sang peri berusia kira-kira 40 tahun, berparas cantik, rambut panjang, sanggul ke samping, pakai kemben hijau. Bahkan ada masyarakat yang mengaku melihat Sabdo Palon Naya Genggong datang ke kawinan naik gajah bersama anak kecil banyak.
Kisah yang dibuat Bram, rumah Peri Setyowati yang 'dinikahi' Mbah Kodok adalah 2 mata air di Alas Begal, Sendhang Margo dan Sendhang Ngiyom serta hutan-hutan di sekitarnya. Legenda baru yang dibuat Bram ini juga dipercaya oleh masyarakat Ngawi. Tujuan Bram membuat legenda ini adalah untuk membuat warga desa sadar untuk menjaga lingkungan. Apalagi, masyarakat yang mengalihfungsikan hutan menjadi sawah.
(Elvan Dany Sutrisno/Triono Wahyu Sudibyo)